Home Blog Page 10

[DOWNLOAD] Doa untuk Perjalanan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia

Dalam rangka perjalanan Paus Fransiskus ke Indonesia, pada tanggal 3-6 September 2024, Konferensi Waligereja Indonesia bersama Panitia Kunjungan Paus dan Kedutaan Besar Vatikan meluncurkan secara resmi, DOA UNTUK PERJALANAN APOSTOLIK PAUS FRANSISKUS KE INDONESIA, pada hari ini tanggal 29 Juni 2024, pada Hari Raya St. Petrus
dan Paulus, sekaligus sebagai penanda tahun ke-12 masa kepausan, Paus Fransiskus.

Diharapkan supaya keuskupan-keuskupan dan tentu semua pihak boleh mengajak seluruh umat berdoa bagi
lancarnya kegiatan kunjungan Paus Fransiskus dan mendistribusikan doa ini melalui jejaring yang dimiliki. Adapun doa ini tersedia
dalam dua Bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris. Berikut dua versi doa yang dapat didownload disebarkan.

VERSI BAHASA INDONESIA

Allah yang Mahakasih,
kami bersyukur atas rencana perjalanan apostolik
Bapa Suci Fransiskus ke Indonesia.

Semoga perjalanan ini
menjadi pengalaman iman
yang mempererat persaudaraan dalam keanekaragaman,
memperkuat bela rasa
kepada saudari-saudara kami
yang miskin, lemah, tersingkir dan menderita.

Kami mohon kepada-Mu,
berilah kesehatan yang baik
bagi Bapa Suci
agar rencana kedatangannya
menjadi berkat bagi Gereja dan Bangsa Indonesia.

Semoga kehadirannya
membawa sukacita Injil
dan membangkitkan pengharapan
bagi terciptanya kerukunan,
kedamaian dan kebaikan bersama.

Bersama Bunda Maria,
Ibu dan teladan iman,
serta Bapa Yosef, mempelainya yang amat setia,
kami serahkan siapapun yang terlibat
dalam persiapan dan pelaksanaan
kunjungan apostolik Bapa Suci ini
ke dalam kuasa kasih-Mu.
Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin

VERSI BAHASA INGGRIS

O God, fount of charity,
we give you thanks
for the Apostolic Journey of Pope Francis to Indonesia.

Grant, we pray, that this Journey
may deepen and perfect our faith,
strengthen our fraternity in diversity,
and fill us with compassion
for our brothers and sisters
who are poor, weak, marginalized and suffering.

We beseech you, O Lord,
grant good health to the Holy Father
so that his visit may be a blessing
for the Church and for the nation of Indonesia.

May his presence bring us the joy of the Gospel
and renew our hope, that we may promote harmony,
peace and the common good.

Through the intercession of
the Blessed Virgin Mary, our Mother and model of faith,
and of Saint Joseph, her most-chaste spouse,
we entrust all those involved
in the preparation and realization
of this Apostolic Journey to your loving care and direction.

Through Christ, our Lord. Amen.

[DOWNLOAD PDF] Doa untuk Perjalanan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia

Renungan Minggu Biasa XIII, 30 Juni 2024

Bacaan Pertama, Keb 1:13-15; 2:23-24

Allah tidak menciptakan maut, dan Ia pun tak bergembira karena yang hidup musnah lenyap.

Sebaliknya Ia menciptakan segala-galanya supaya ada, dan supaya makhluk-makhluk jagat menyelamatkan.

Racun yang membinasakan tidak ditemukan di antara mereka, dan dunia orang mati tidak merajai bumi. Maka kesucian mesti baka.

Sebab Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan, dan dijadikan-Nya gambar hakekat-Nya sendiri. Tetapi karena dengki setan maka maut masuk ke dunia, dan yang menjadi milik setan mencari maut itu.

Bacaan Kedua, 2Kor 8:7.9.13-15

Saudara-saudara, hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih, sebagaimana kamu kaya dalam segala sesuatu, – dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami – demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini.

Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.

Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan.

Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.

Seperti ada tertulis: ”Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan.””
‭‭
Bacaan Injil, Mrk 5:21-43

Sekali peristiwa, setelah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau, datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nya: ”Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya.

Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya.

Sebab katanya: ”Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: ”Siapa yang menjamah jubah-Ku?” Murid-murid-Nya menjawab: ”Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?” Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu.

Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada perempuan itu: ”Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!”

Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: ”Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?” Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: ”Jangan takut, percaya saja!

Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus. Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: ”Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu.

Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: ”Talita kum,” yang berarti: ”Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.”

Renungan Singkat‭‭

Dua bacaan – pada bacaan hari ini begitu menghangatkan hati saya. Kitab Kebijaksanaan – dalam bacaan pertama – memberi inspirasi bagi kita apa yang Allah kehendaki dari setiap pekerjaan-Nya. 

Sejak awal mula, Allah tidak menciptakan maut. Semua mahkluk diciptakan-Nya untuk saling menyelamatkan – bukan membinasakan. Paham ini menjadi sangat penting di dunia sekarang yang penuh dengan kebencian dan peperangan. Bahkan juga pembunuhan yang didasarkan atas nama Tuhan. Kitab kebijaksanaan menegaskan, maut datang karena dengki setan dan mereka menjadi milik setan mencari maut itu. 

Saudara-saudari sekalian, kita adalah milik Allah – bukan milik setan. Ia menciptakan kita agar hidup, mengalami kehidupan, dan hidup untuk kehidupan kekal. Maka, pergunakanlah karunia-karunia yang kita miliki untuk saling membantu, mengembangkan dan menumbuhkan. Rasul Paulus – dalam bacaan kedua – memberi istilahnya: Supaya ada keseimbangan. Bahasa lainnya: Kesejahteraan bersama. Tidak ada seorang pun yang terlalu berlebihan dan terlalu kekurangan. 

Dalam surat gembala pada hari pangan sedunia tahun-tahun belakangan ini, Bapak Uskup Ignatius Kardinal selalu mengangkat dua fenomena yang kontras. Yang pertama, budaya membuang – khususnya membuang makanan. Yang kedua, fenomena anak kurang gizi – tengkes (stunting). Yang pertama terjadi karena kelebihan makan, yang kedua terjadi karena kekurangan makanan bergizi. Keseimbangan (baca: kesejahteraan bersama) menjadi pekerjaan rumah bersama untuk mengatasi kedua fenomena ini. 

Kisah penyembuhan dalam Bacaan Injil menunjukkan kepada kita bagaimana Kristus menghendaki yang baik bagi manusia. Kuasa Ilahinya diberikan kepada manusia yang membutuhkan pertolongan. Anak Yairus dibangkitkan-Nya, dan seorang wanita yang sakit pendarahan selama 12 tahun. Kontras dengan orang-orang pada zaman itu, yang pasrah dengan keadaan, tanpa harapan. Yesus hadir membangkitkan semangat, iman dan pengharapan. 

jadi, kamu gimana?

RA

RENUNGAN MINGGU BIASA XII, 23 Juni 2024

Bacaan Pertama, Ayub 38:1.8-11

Dari dalam badai Tuhan menjawab Ayub kata-Nya, “Siapa telah membendung laut dengan pintu, ketika membual ke luar dari dalam rahim? – ketika Aku membuat awan menjadi pakaiannya dan kekelaman menjadi kain bedungnya; ketika Aku menetapkan batasnya, dan memasang palang dan pintu; ketika Aku berfirman: Sampai di sini boleh engkau datang, jangan lewat, di sinilah gelombang-gelombangmu yang congkak akan dihentikan!”
‭‭

Bacaan Kedua, 2Kor 5:14-17

Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian. Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”

Bacaan Injil, Markus 4:35-40

“Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: ”Marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.

Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: ”Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”

Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: ”Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: ”Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?”

Renungan Singkat

WHAT DOES NOT KILL YOU, SIMPLY MAKES YOU STRONGER

Apa yang tidak membunuhmu, hanya akan membuat kamu lebih kuat. Kira-kira begitu artinya. Idiom ini berasal dari seorang filsuf besar dari abad ke-19, Frederich Nietzsche. Ya kalau dipikir-pikir benar juga. Penderitaan atau kesulitan yang begitu berat, selama itu tidak membunuh kita – dan kita berusaha tekun menghadapinya hanya akan membuat kita lebih kuat dari sebelumnya. 

Sebagai contoh, 

Olahraga itu gak enak, ga nyaman bagi sebagian orang – karena melelahkan. Tapi bagi sebagian orang olahraga menjadi sarana untuk mencapai fisik yang lebih kuat. Pencapaian itu diraih secara bertahap dan jelas penuh penderitaan. Bagi orang yang baru mulai berlari, mengawali lari 1 km saja tanpa berhenti sudah ngos-ngosan. Namun, ketika sudah terbiasa 1 km tanpa henti, tubuh menjadi lebih kuat untuk lari 2,5 km tanpa henti. Selesai 2,5 km lanjut 5 km, begitu terus sampai akhirnya tubuh ini terlatih untuk lari maraton 42 km. 

Apa yang tidak membunuhmu, hanya akan membuatmu lebih kuat. 

Setelah mengajar untuk orang banyak, Yesus dan murid-murid-Nya bertolak ke seberang, sisi lain dari pinggir danau tempat Ia mengajar. Yesus masuk ke dalam perahu, berlayar bersama dengan perahu-perahu yang lain. Ia tidur. Rupanya perjalanan mereka di hadang badai dan taufan di tengah danau. Murid-murid takut dan gemetar. Mereka takut akan badai yang dapat membinasakan mereka. Ini kontras dengan Yesus yang tetap tertidur di dalam perahu yang terombang ambing itu. Keberadaan Yesus di sana tidak cukup membuat para murid percaya, sehingga mereka segera membangunkan-Nya. 

Yesus bangkit, badai dan taufan diredam, laut menjadi tenang. Lalu para murid ditegor keras oleh Yesus, “Mengapa kamu begitu takut, mengapa kamu begitu tidak percaya”. 

Suatu kali ada seorang yang datang mengaku pusing dan stress karena terjerat hutang pinjol sebesar 70 juta. Sementara itu, ia bekerja hanya dengan gaji sebatas umr Jakarta. Dia datang hendak meminta saran untuk mencari jalan keluarnya. Tidak ada jalan lain selain membayar utang-utang itu sambil mencari penghasilan tambahan lainnya. Saya lantas mendoakannya agar tetap memelihara harapan dan kekuatan untuk menyelesaikan masalah ini satu persatu. Pelan-pelan tapi pasti. Beberapa bulan kemudian, orang itu datang lagi dan melaporkan bahwa satu persatu hutangnya berhasil dilunasi – ia semakin tekun dan bekerja keras. Itulah buah-buah dari keyakinan imannya. 

Bolehlah kisah ini menjadi peneguh bagi kita orang-orang beriman. Terkadang dalam hidup ini pun kita menjumpai “badai-badai” yang datang tanpa diundang. Pun kadang kita takut dan gemetar lalu gelagapan “membangunkan” Tuhan dengan doa yang banyak. 

Tapi baiklah kita menjadi orang yang berani menghadapi badai dan taufan kehidupan itu berkata, “Badai ini hanya akan membuat imanku teguh dan semakin besar”. Karena kita percaya bahwa Tuhan, meski Ia terkadang diam, berada satu perahu dengan kita. 

Jadi, kamu gimana?

RA

 

RENUNGAN MINGGU BIASA XI, 16 Juni 2024

Bacaan Pertama, Yeh 17:22-24
“Beginilah firman Tuhan Allah: Aku sendiri akan mengambil sebuah carang dari puncak pohon aras yang tinggi dan menanamnya; Aku mematahkannya dari pucuk yang paling ujung dan yang masih muda dan Aku sendiri akan menanamnya di atas sebuah gunung yang menjulang tinggi ke atas; di atas gunung Israel yang tinggi akan Kutanam dia, agar ia bercabang-cabang dan berbuah dan menjadi pohon aras yang hebat; segala macam burung dan yang berbulu bersayap tinggal di bawahnya, mereka bernaung di bawah cabang-cabangnya.

Maka segala pohon di ladang akan mengetahui, bahwa Aku, Tuhan, merendahkan pohon yang tinggi dan meninggikan pohon yang rendah, membuat pohon yang tumbuh menjadi layu kering dan membuat pohon yang layu kering bertaruk kembali. Aku, Tuhan, yang mengatakannya dan akan membuatnya.””

Bacaan Kedua, 2Kor 5:6-10
Saudara-saudara, hati kami senantiasa tabah!

Meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan, — sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya — toh hati kami tabah.

Tetapi kami lebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan. Sebab itu juga kami berusaha, entah di dalam tubuh ini, entah di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.

Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”

Bacaan Injil, Mrk 4:26-34
Sekali peristiwa Yesus mengajar di hadapan orang banyak, kata-Nya: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.

Kata-Nya lagi: ”Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.”

Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.”


RENUNGAN SINGKAT

KECIL UNTUKKU, BESAR UNTUK YANG LAIN

Dalam pembicaraan dengan seorang teman lewat pesan singkat saya mengingatkan dia, “Jangan sering begadang, nanti regenerasi sel badanmu terganggu. Sel-sel badan kita diperbarui pada saat jam tidur malam. Kalau sel itu tidak diperbarui, akan jadi sel-sel rusak. Itu menumpuk bisa menjadi kanker”. Apa jawabnya? “Biarin, biar saya mati cepat saja. Sudah capek sama semuanya”. Lalu saya terdiam sambil membalas dengan emoticon 🫣. 

Mungkin dia sedang lelah, frustasi akibat kurang tidur sehingga jawabnya juga asal. Semoga jawaban itu hanya reaksi spontan saja, bukan berasal dari kondisi batinnya. 

Saya berusaha mengontemplasikan apa yang disampaikan Rasul Paulus pada Bacaan Kedua hari ini. Saya merasakan batin yang penuh pergulatan di sana. Coba simak kalimatnya baik-baik. 

Tetapi kami lebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan. 

Yang saya tangkap dari kalimat ini adalah Paulus sungguh frustasi. Ia ingin cepat-cepat mati saja supaya bisa segera menghadap Tuhan. Ia rindu dan ingin segera bertemu dengan Kristus yang ia imani. Tapi itu sulit, sebab ia – sama seperti kita – masih terperangkap dalam tubuh jasmani ini. Tubuh ini selalu menjadi penghalang – dan membuatnya jauh dari Tuhan. Mungkin karna tubuh/daging ini punya keinginan yang bertentangan dengan keinginan roh. 

Tapi kalimat itu tidak berhenti di sana. Kalimat berikutnya mengandung iman yang sebesar biji sesawi. 

Sebab itu juga kami berusaha, entah di dalam tubuh ini, entah di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.

Meski tubuh selalu menghalangi, tapi Paulus berusaha – baik jiwa maupun raganya – hidup berkenan di hadapan Allah. 

Apa itu “biji sesawi yang ditaburkan di tanah”? Ya iman yang kecil itu. Iman yang membuat kita memiliki harapan. Kecil tapi menjadi daya dorong kita untuk tetap berjalan, setia, dan tekun. Meski kadang hasilnya tak seberapa atau bahkan tak menghasilkan apa-apa. Tapi kita tidak pernah tau, kesetiaan dan ketekunan kita untuk berharap menjadi sumber harapan bagi orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan pertolongan. Tidak ada yang tau. 

“lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.”

Jadi seringkali memang begitu cara kerjanya. Sebuah usaha kecil, yang dilakukan dengan ketekunan dan kesetiaan bisa tidak berdampak apa-apa bagi kita sendiri. Tapi, bisa jadi dampaknya yang besar malah dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita. Kebaikan-kebaikan kecil, sapaan-sapaan kecil, perhatian-perhatian sederhana adalah kebaikan, sapaan dan perhatian yang besar bagi mereka yang membutuhkannya. 

“Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.”

Jadi, kamu gimana?

RA

 

RENUNGAN MINGGU BIASA X, 9 JUNI 2024

Bacaan Pertama, Kej 3:9-15
Di Taman Eden, setelah manusia makan buah pohon terlarang, Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: ”Di manakah engkau?” Ia menjawab: ”Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.”

Firman-Nya: ”Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” Manusia itu menjawab: ”Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” Kemudian berfirmanlah Tuhan Allah kepada perempuan itu: ”Apakah yang telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu: ”Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.”

Lalu berfirmanlah Tuhan Allah kepada ular itu: ”Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.

Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”

Bacaan Kedua, 2Kor 4:13-5:1
Saudara-saudara, kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: ”Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata”, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata. Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya.

Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah.

Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.

Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan itu kekal. Kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.”
‭‭
Bacaan Injil, Mark 3:20-35
Sekali peristiwa, ketika Yesus dan murid-murid-Nya masuk ke sebuah rumah, datanglah orang banyak berkerumun, sehingga makan pun mereka tidak dapat.

Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi. Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: ”Ia kerasukan Beelzebul,” dan: ”Dengan penghulu setan Ia mengusir setan.” Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: ”Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya.

Tetapi tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.” Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat.

Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: ”Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau.” Jawab Yesus kepada mereka: ”Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: ”Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”

MAMPU UNTUK APA?

Suatu kali seorang rekan imam yang sedang menempuh studi di luar negeri bercerita kepada saya. Ia bercerita tentang perkataan dosennya yang membuat ia berpikir. Rupanya dia cerita ke saya supaya saya juga ikut berpikir apa yang ia pikirkan. 😁

Dosennya bertanya demikian, “Sebetulnya godaan untuk berbuat dosa itu datang saat kita lemah? Atau saat kita memiliki kemampuan untuk melakukannya? Misalnya, suatu kali saya lewat pekarangan tetangga. Dia memiliki pohon mangga yang berbuat lebat sekali. Nampaknya enak kalau dimakan! Tapi pohonnya dihalangi dengan pagar yang tinggi. Ternyata, hanya dengan melompat sedikit saja, buah mangga itu bisa saya raih. Godaan untuk curi mangga datang ketika melihat mangga itu sedap. Makin besar godaannya saat saya menyadari bahwa saya mampu mengambilnya. Ditambah lagi tetangga pekarangan rumah sedang tidak ada.” 😈😈

Dari cerita itu, saya jadi berpikir juga. Apakah sebenernya godaan berbuat dosa bisa jadi bukan menyerang kelemahan kita. Dosa datang ketika ada keinginan lalu kita mampu untuk melakukannya. Saya merasa, Roh Kudus datang mengintervensi kita – “jangan lakukan itu meski kamu mampu melakukannya – pikirkan konsekuensinya”.

Sebaliknya, Iblis akan menggoda, “lakukan itu – karena kamu mampu melakukannya – tidak perlu pikir akibatnya”. 

Pertanyaannya, sekarang kehendak mana yang mau kita ikuti? 🤔

Perseteruan manusia pertama (adam dan hawa) dengan Tuhan berawal dari ketidakmampuan mereka menaati kehendak Allah.

Mereka lebih menaati kehendak ular tua untuk makan buah pohon terlarang. Adam menaati Hawa yang berbuat salah, Hawa menaati ular yang salah.

Apakah mereka memikirkan akibat dari perbuatan itu saat mengikuti kehendak ular tua? Kehidupan kekal di taman eden mereka ‘gadaikan’ demi melanggar kehendak Allah. 😱

Kristus mengingatkan kepada kita siapa Ibu, siapa saudara-saudari-Nya? Mereka adalah yang melakukan kehendak Allah.

Inilah ikatan iman kita dengan Tuhan dan ikatan kita dengan sesama yang lain – yakni dengan melakukan kehendak Allah. Hal ini perlu menjadi prioritas kita, yang bahkan jika hal itu memaksa kita melepaskan diri dari intervensi ikatan keluarga.

Karena akhir-akhir ini terjadi, seorang bisa bisa melanggar kehendak Tuhan dalam norma-norma etika sosial demi membela dan melanggengkan dinasti keluarga.  

Jadi, kamu gimana?
RA

 

Paus Fransiskus berencana mengunjungi Jakarta, Indonesia 3-6 September 2024

Jakarta (04/06/2024), Pemimpin Gereja Katolik Dunia, Paus Fransiskus akan melakukan
perjalanan apostolik ke Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste dan Singapura dari tanggal
2 hingga 13 September 2024. Indonesia akan menjadi negara pertama dalam rangkaian
kunjungan Paus Fransiskus ke kawasan Asia Pasifik yaitu pada tanggal 3 hingga 6
September 2024, yang diikuti dengan kunjungan ke Port Moresby (Papua Nugini) dan
Vanimo dari 6 hingga 9 September 2024, Dili (Timor Leste) dari 9 hingga 11 September
2024 dan Singapura dari 11 hingga 13 September 2024.


Sebagai persiapan kunjungan di Indonesia, tim aju (tim pendahulu) Vatikan telah
melakukan beberapa kali survey lokasi dan sejauh ini memastikan Paus akan hadir di
ibukota Jakarta.

Selain kota yang telah dikonfirmasi, agenda maupun program selama perjalanan
apostolik Paus dalam rentang kunjungan tersebut masih dipersiapkan dan sedang
menunggu persetujuan tim Vatikan sehingga secara rinci belum diumumkan ke publik.
Informasi ini akan diterbitkan pada waktunya hanya melalui jalur komunikasi resmi
Sekretariat Vatikan dan Perwakilan Pemerintah Indonesia yaitu Kementerian Luar Negeri
serta turut didukung oleh jalur komunikasi Panitia Kunjungan Bapa Suci Fransiskus yang
dibentuk melalui Keputusan Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yaitu
melalui website www.mirifica.net.


“Karena hingga saat ini belum ada area, lokasi, maupun agenda yang secara resmi
diumumkan, diharapkan umat dapat berhati-hati dalam menerima informasi dan tidak
mudah mempercayai program yang beredar tidak dari jalur komunikasi resmi. Selain itu,
dalam penantian kedatangan Bapa Suci ke Indonesia hendaknya umat katolik dapat
mempersiapkan kerohanian dan spiritualitas dengan berdoa dan meresapi nilai – nilai
serta pemikiran Paus Fransiskus.” Ujar Romo Ulun Ismoyo, Pr juru bicara Panitia Kunjungan Bapa Suci Fransiskus.


Panitia Kunjungan Bapa Suci Fransiskus juga menyatakan tidak memproduksi
merchandise atau cinderamata resmi sehingga jika kelak ditemukan ragam merchandise
di masyarakat, hal tersebut dapat dipastikan bukan berasal dari kepanitiaan.


Kedatangan Paus Fransiskus yang sebelumnya sempat tertunda pada tahun 2020 karena
Pandemi Covid-19 juga tentunya menarik perhatian media dari seluruh penjuru dunia,
karenanya dalam persiapan peliputan, panitia akan melakukan akreditasi media dimana
pendaftaran akan mulai dibuka pada 5-19 Agustus 2024 melalui website KWI di
www.mirifica.net.

 

Sumber berita: Tim Media Panitia Kunjungan Paus Fransiskus.

2.000 Peserta Hadiri Perayaan MISA PEMBUKAAN Pekan Komunikasi Sosial XI di UNIKA St. Thomas Medan

Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap

Halo Sob, ada acara keren banget nih di Medan! Perayaan Hari Komunikasi Sosial Nasional XI yang temanya “Kecerdasan Artifisial dan Kebijaksanaan Hati: Menuju Komunikasi yang Sungguh Manusiawi” dibuka dengan super meriah. Acara ini dimulai dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap, pada 6 Juni 2024.

Mgr Kornelius kasih pesan yang mantap banget, katanya teknologi cerdas tuh tetap aja artifisial dan gak bakal bisa gantiin hati yang bijaksana dalam komunikasi dengan sesama. Hari Komunikasi Sosial ini ngajak kita buat terus bangun relasi yang lebih manusiawi lewat sapaan dan pertemuan sama orang lain.

Nah, lanjut lagi ke acara pembukaannya, ada seminar seru soal AI. Rektor UNIKA St. Thomas Medan, Prof Dr. Maldin Gultom SH. M.Hum, bilang kalau AI itu harus bantu ningkatin nilai-nilai kemanusiaan dan dipakai buat perbaiki kehidupan masyarakat. Dia berharap diskusi dan refleksi kita hari ini bisa bantu bangun kemanusiaan kita menuju Indonesia yang lebih baik.

Acara pembukaan ini juga diisi sama seminar soal Artificial Intelligence (AI) yang dibawakan oleh Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit. Seminar ini dimoderatori oleh Jose Marwoto. Prof Eko bilang kalau AI itu bisa belajar dari pengalaman, mengenali pola, bikin keputusan, dan melakukan berbagai aktivitas yang bisa disesuaikan sama situasi yang beda-beda.

Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit

Lebih lanjut, Prof Eko jelasin ada 8 jenis kecerdasan yaitu Kecerdasan Visual, Logika, Naturalist, Intrapersonal, Verbal, Musical, Interpersonal, dan Bodily/kinesthetic. Dari 8 kecerdasan ini, ada 3 yang gak bisa diambil alih oleh AI yaitu Kecerdasan Interpersonal, Intrapersonal, dan Naturalis. Jadi, Paus Fransiskus bilang kalau komunikasi manusia harus pakai hati.

Oh iya, acara ini rame banget! Ada sekitar 2.000an peserta dari berbagai keuskupan se-Indonesia, sivitas akademika Unika St. Thomas Medan, STIKES Elisabeth Medan, dan STP Bonafentura Medan.

Seru banget kan acaranya? Kalau ada kesempatan, jangan lupa ikut acara-acara kayak gini, ya!

RENUNGAN HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS, 2 Juni 2024

Bacaan Pertama – Kel 24:3-8

Ketika Musa turun dari Gunung Sinai, dan memberitahukan kepada bangsa Israel segala firman Tuhan dan segala peraturan Tuhan, maka seluruh bangsa itu menjawab serentak: Segala firman yang telah diucapkan Tuhan itu, akan kami lakukan.

Lalu Musa menuliskan segala firman Tuhan itu. Keesokan harinya pagi-pagi didirikannyalah mezbah di kaki gunung itu, dengan dua belas tugu sesuai dengan kedua belas suku Israel. Kemudian disuruhnyalah orang-orang muda dari bangsa Israel mempersembahkan korban bakaran dan menyembelih lembu-lembu jantan sebagai korban keselamatan kepada Tuhan.

Sesudah itu Musa mengambil sebagian dari darah itu, lalu ditaruhnya ke dalam pasu, sebagian lagi dari darah itu disiramkannya pada mezbah itu.

Diambilnyalah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu dan mereka berkata: ”Segala firman Tuhan akan kami lakukan dan akan kami dengarkan.”

Kemudian Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: ”Inilah darah perjanjian yang diadakan Tuhan dengan kamu, berdasarkan segala firman ini.”

Bacaan Kedua – Ibr 9:11-15

Saudara-saudari terkasih, Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, – artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, – dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri.

Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.

Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.”

Bacaan Injil – Mrk 14:12-16.22-26

Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi, pada waktu orang menyembelih domba Paskah, murid-murid Yesus berkata kepada-Nya: ”Ke tempat mana Engkau kehendaki kami pergi untuk mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?” Lalu Ia menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan: ”Pergilah ke kota; di sana kamu akan bertemu dengan seorang yang membawa kendi berisi air. Ikutilah dia dan katakanlah kepada pemilik rumah yang dimasukinya: Pesan Guru: di manakah ruangan yang disediakan bagi-Ku untuk makan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku? Lalu orang itu akan menunjukkan kamu sebuah ruangan atas yang besar, yang sudah lengkap dan tersedia. Di situlah kamu harus mempersiapkan perjamuan Paskah untuk kita!”

Maka berangkatlah kedua murid itu dan setibanya di kota, didapati mereka semua seperti yang dikatakan Yesus kepada mereka. Lalu mereka mempersiapkan Paskah. Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: ”Ambillah, inilah tubuh-Ku.”

Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka, dan mereka semuanya minum dari cawan itu. Dan Ia berkata kepada mereka: ”Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, dalam Kerajaan Allah.” Sesudah mereka menyanyikan nyanyian pujian, pergilah mereka ke Bukit Zaitun.”

DARAH PERJANJIAN

Kita biasa membuat perjanjian. Pakta perjanjian dibuat oleh kedua belah pihak yang bersepakatan untuk melakukan sesuatu. Untuk melindungi kesepakatan itu dan agar pihak yang terkait taat pada isi perjanjian lazimnya perjanjian itu dinyatakan hitam di atas putih, ditandatangani di atas materai sehingga berkekuatan hukum. Siapapun yang melanggar kesepakatan akan dikenai sanksi hukum. 

Pada zaman Perjanjian Lama, belum ada materai 10.000. Tapi yang digunakan yang menjadi materai adalah darah lembu jantan. Di hadapan bangsa Israel, Musa menjadi perantara pakta perjanjian antara Allah dengan bangsa itu. Isi perjanjian dari pihak Allah adalah firman dan perintah Tuhan yang harus ditaati. Dari pihak Israel – “Segala Firman Tuhan itu akan kami dengarkan dan laksanakan”, dengan merdeka dan tanpa paksaan apapun. Darah lembu jantan yang menjadi materai perjanjian disiram ke mezbah persembahan dan juga disiram ke kepada bangsa itu. Seluruh bangsa terikat akan perjanjian itu. 

Dalam Perjanjian Baru seluruh komponen perjanjian itu diperbaharui. Isi perjanjiannya tetap sama – tapi perantara dan korbannya baru. Bukan lagi Musa dan darah lembu jantan. Perantara sekaligus imam yang mempersembahkan dan yang menjadi korban – yang mencurahkan darah sebagai materai perjanjian damai itu adalah Kristus! Kristus adalah Imam sekaligus juga adalah korban, yang darah-Nya menjadi Darah Perjanjian yang baru. Dan setiap orang yang disiram dengan Darah Kristus kini meluas, tidak terbatas hanya untuk bangsa Israel saja. Darah Kristus ditumpahkan sebagai undangan untuk banyak/semua orang, tanpa terkecuali, masuk dalam perjanjian ini. Kapan kita disiram oleh wafat dan Kematian Kristus dan membuat perjanjian dengan Allah? Persis saat kita menerima Sakramen Baptis. 

Pertanyaannya, mengapa Darah? 

Jawabannya, karna ikatan darah kekal tak terhapuskan. Setiap anak memiliki ikatan darah dengan orangtuanya. Ikatan itu tak terhapus oleh apapun juga, tak bisa dibatalkan. Mau seorang anak tinggal di Papua, dan Ibunya jauh di Sumatra. Ibu itu tetap orangtua dari anak itu. 

Oleh karena itu, 

Setiap kali kita merayakan Ekaristi, Makan Tubuh dan Minum darah Tuhan, kita terus memperbarui perjanjian kita dengan Tuhan. Semakin erat semakin kuat. Kita menjadi milik-Nya dan menjadi kepunyaan-Nya. Apa yang kurang daripada itu? Ekaristi menjadi sarana kita untuk memperbarui ikatan kesetiaan kita kepada Tuhan, sampai akhirnya kelak kita akan makan minum bersama Tuhan lagi dalam Kerajaan Allah. 

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, dalam Kerajaan Allah.

Jadi, kamu gimana?

RA

🔔⛪ Perayaan Ekaristi Minggu, 2 JUNI 2024, Pk. 11.00 WIB di KAPEL ANGELUS WISMA SAMADI KLENDER ⛪🔔 🙏Misa dipersembahkan oleh RM. YAKOBUS SRIYATMOKO, SX🙏

✝ Kami mengundang umat untuk hadir MISA secara Offline dalam:✝

🔔⛪ Perayaan Ekaristi Minggu, 2 JUNI 2024, Pk. 11.00 WIB di KAPEL ANGELUS WISMA SAMADI KLENDER ⛪🔔

🙏Misa dipersembahkan oleh RM. YAKOBUS SRIYATMOKO, SX🙏
🎼🎻Koor dipersembahkan oleh Siswa/I SMP Kristoforus 1 Jakarta🎻🎼

NB: Misa juga akan disiarkan Live di TVRI Nasional

RENUNGAN HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS, Minggu 26 Mei 2024

Bacaan Pertama-Ul 4:32-34.39-40

Dalam perjalanan di padang gurun, Musa berkata kepada bangsa Israel, “Cobalah tanyakan, dari ujung langit ke ujung langit, tentang zaman dahulu, yang ada sebelum engkau, sejak waktu Allah menciptakan manusia di atas bumi, apakah ada pernah terjadi sesuatu hal yang demikian besar atau apakah ada pernah terdengar sesuatu seperti itu. Pernahkah suatu bangsa mendengar suara ilahi, yang berbicara dari tengah-tengah api, seperti yang kaudengar dan tetap hidup? Atau pernahkah suatu allah mencoba datang untuk mengambil baginya suatu bangsa dari tengah-tengah bangsa yang lain, dengan cobaan-cobaan, tanda-tanda serta mujizat-mujizat dan peperangan, dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung dan dengan kedahsyatan-kedahsyatan yang besar, seperti yang dilakukan Tuhan, Allahmu, bagimu di Mesir, di depan matamu? Sebab itu ketahuilah pada hari ini dan camkanlah, bahwa Tuhanlah Allah yang di langit di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain. Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu untuk selamanya.”
‭‭
Bacaan Kedua – Roma 8:14-17

Saudara-saudari terkasih, semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ”ya Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”

Bacaan Injil-Matius 28:16-20

Sesudah Yesus bangkit dari antara orang mati, kesebelas murid berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: ”Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Renungan Singkat

 Satu Allah, Tiga Pribadi

Memahami eksistensi Allah dapat terbantu ketika kita juga memahami dengan baik eksistensi manusia. Kita dapat terbantu memahami Allah jika kita sendiri memahami siapa kita sebagai manusia.

Maksudnya gimana?

Manusia terdiri dari Tubuh, Jiwa dan Roh. Manusia adalah mahkluk tiga dimensi. Kita dapat menyadari kehadiran manusia lain karna adanya kehadiran fisik, bahkan ketika mereka diam tak bersuara. Respon kita terhadap kehadiran yang lain, pun bisa beragam. Kalau dia yang hadir itu seseorang yang dekat, kita percaya, kita tau dia baik maka kita akan merasa aman. Kita akan merasa terancam kalau yang hadir itu tidak dekat dan tidak memberi rasa aman. Singkatnya, Pengetahuan kita akan kehadiran manusia lain terbantu karena tubuh jasmaninya. 

Lalu, bagaimana kita tahu akan kehadiran Allah? Dia tak bertubuh, dia bukan mahkluk tiga dimensi. Bagaimana kita bisa tau Dia ada, kalau Dia diam saja? Kita tidak bisa menggapai dan mengenal-Nya, kalau Dia sebagai pribadi hanya diam.

Oleh karena itu, Dia bersuara. Dia bersuara dengan berfirman. Lalu kita bisa mengenali keberadaan-Nya lewat Firman-Nya. Meski kita tidak melihat-Nya, kita mendengar suara-Nya. Itulah bukti bahwa Dia ada. Firman-Nya baik. Dan kita merasa aman akan kehadiran-Nya, karna Dia bukan jahat.

Musa berkata kepada umatnya dalam bacaan pertama hari ini, “Pernahkah suatu bangsa mendengar suara Allah?” Musa mau mengatakan hanya Allah yang ini yang memperdengarkan suara-Nya. 

Demikianlah Allah memiliki Firman. Firman sudah ada bersama dengan Allah sejak awal mula (Yoh 1) sebelum Firman itu keluar dari Allah. Bahkan seluruh alam semesta dijadikan oleh Firman Allah (Kej 1:3).

Firman itu pada akhirnya, menjadi daging – bukan menjadi tulisan dan buku – menjadi manusia sama seperti kita. Firman Allah itu menjadi manusia, hidup dan tinggal di tengah-tengah kita. Emanuel. Dialah Yesus, orang Nazaret – yang seterusnya kita akui dalam Syahadat Para Rasul.

Allah kita bukan patung-patung buatan manusia. Yang diam saja. Yang harus diberi sesembahan dan korban. Yang patungnya bisa rusak karena waktu. 

Tetapi, Dia Allah yang hidup, kekal melampaui ruang dan waktu. Karna Dia hidup dan kekal Dia memiliki Roh. Roh yang kekal. Roh yang sudah ada sebelum segala yang ada dijadikan (Kej 1:2). Roh yang menyertai orang-orang pilihan Allah sepanjang sejarah. Roh yang sama lahir menjadi manusia melalui rahim Maria. Roh yang sama menjadikan kita anak-anak Allah, menjadikan Allah sebagai Bapa kita dan Kristus adalah saudara kita – sebab kita lahir dari Roh yang sama – yang berasal dr Allah yang sama. Paulus menegaskan itu dalam bacaan kedua.


Maka kita hari ini menghormati ketiga pribadi itu dalam satu keilahian. Allah sebagai Pribadi, Firman-Nya, dan Roh-Nya. Kita memuliakan ketiga-tiganya. Kita taat pada ketiganya, bukan salah satu.

Dengan kita menghormati ketiga-ketiganya kita memuliakan Allah sepenuhnya. Sebab Dia adalah pribadi (Bapa), Firman (Putra) dan Roh Kudus dalam Tritunggal Mahakudus.

Mengatakan Allah hanya sebagai satu pribadi, kita menyingkirkan Firman dan Roh-Nya. Padahal Firman dan Roh-Nya adalah Dia juga.

Jadi, kamu gimana?

RA

 

‭‭

Terbaru

Populer