Dalam proses perumusan cita-cita Ardas KAJ 2016-2020, Tim perumus menulis: “….mewujudkan Kerajaan Allah yang Maha Rahim dengan mengamalkan Pancasila dan Ajaran Sosial Gereja…”. Namun Bapak Uskup Agung kitamencoret kata “…dan Ajaran Sosial Gereja…”. Mengapa?
Ytk. Pengurus Seksi Komsos se-KAJ,
Mari kita gali lebih jauh dan menghayati bersama ARAH DASAR KAJ 2016-2020 yang telah final dirumuskan. Terlebih bagi kita yang bergerak dalam pelayanan komunikasi sosial, pemahaman kita akan Ardas baru akan bermanfaat bagi banyak umat di KAJ ini. Mari kita bertemu bersama pada:
Hari/tanggal : SABTU, 12 SEPTEMBER 2015
Waktu : Pk.09.00 – 14.00
Tempat : AULA ATAS PAROKI KATEDRAL
Agenda Pertemuan:
Memahami Seluk-beluk Arah Dasar KAJ 2016-2020
Implementasi Ardas Baru dalam Pelayanan Komisi/Seksi Komsos di Tahun Kerahiman Ilahi (2016)
Persiapan Komsos Dekenat dalam Perayaan Puncak Syukur Ardas, 7 NOVEMBER 2015
Kami berharap, Bapak/Ibu/Sdr dapat hadir menyediakan waktu untuk pertemuan ini. Maksimal utusan 4 orang per Paroki. Mohon konfirmasi kehadiran via mailist ini sesegera mungkin. Undangan tertulis dikirim via post ke Sekretariat Paroki masing-masing.
Terimakasih untuk perhatian dan kehadiran Bapak/Ibu/Sdr. Tuhan memberkati pelayanan Anda sekeluarga. Amin.
NB. Konfirmasi peserta mohon mengirimkan nama-nama peserta ke email: raka.kaj@gmail.com / telp: 021-3519193, eks. 241
Salam
Tetap semangat KARENA TUHAN
harry pr
UNDANGAN UNTUK PARA DIRIGEN se-KAJ:
Musik Liturgi sangat mendukung Perayaan Ekaristi yang Khidmat dan Agung. Untuk itu peranan dari dirigen yang berkompeten untuk memimpin koor dan umat agar terlibat aktif bernyanyi adalah sangat penting. Untuk itu Komisi Liturgi KAJ akan mengundang semua perwakilan dirigen paroki hadir dalam Lokakarya Dirigen pada 16-18 Oktober 2015 di Wisma Samadi Klender, Jakarta Timur.
Info Lengkap: Juliana Ari (0878.8266.3700) dan Wena (0816.1975.102). (*)
Hari Studi Komisi-komisi KAJ (15/8/2015) (Foto : RD Harry Sulistio)
Hari Studi Komisi-komisi KAJ (15/8/2015) (Foto : RD Harry Sulistio)
Memasuki 2016, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) akan memiliki rumusan Arah Dasar (Ardas) Pastoral baru. Ardas baru ini akan berlaku 2016-2020. “Ardas yang baru ini merupakan pendalaman dan pengembangan dari bentuk Ardas 2011-2015 yang terdiri dari empat bagian (Alinea) yaitu alinea pertama cita-cita, alinea kedua perutusan, aline ketiga sasaran prioritas pelayanan dan alinea keempat ungkapan harapan,” jelas RD. Raditya Wicaksono yang akrab disapa Rm. Inung, pengurus harian Dewan Karya Pastoral KAJ dalam Hari Studi Tim Karya Komisi-Komisi KAJ pada 15 Agustus 2015 lalu.
Hari Study yang dilaksanakan di Gereja Katedral Jakarta itu dihadiri Vikjen KAJ, RD. Samuel Pangestu, Ketua Tim Karya Komisi & KKI Didiek Dwinarmiyadi, para ketua komisi-komisi KAJ dan anggota komisi serta utusan Lembaga Dana Dharma KAJ. Uskup Agung Jakarta Mgr. Ign. Suharyo sendiri hadir lewat kertas kerja yang telah dia susun dan dibagikan kepada para peserta Hari Studi Tim Karya Komisi-Komisi KAJ.
“Selain untuk memperdalam pemahaman bersama atas Ardas KAJ 2016-2020, pada kesempatan itu juga komisi-komisi KAJ mulai menyusun rencana karya pastoral 2016 serta Rencana Anggaran Belanjanya (RAB). Nanti seluruh rencana ini akan dibahas bersama di Wisma Klender Jakarta pad 24-26 Sept. 2015. Seluruh rencana akan dipilah-pilah dan disatukan mana rencana karya yang bisa dikerjakan bersama antar komisi,” jelas Didiek Dwinarmiyadi.
Pengelompokan karya pastoral ini bertujuan menyatukan langkah gerak bersama seluruh komisi guna meujudkan cita-cita bersama melalui pelaksanaan karya-karya prioritas pelayanan yang telah dirumuskan dalam Ardas. Dalam Ardas 2016-2020 ada lima komitmen karya pastoral prioritas yang akan diujudkan yaitu :
Mengembangkan pastoral keluarga yang utuh dan terpadu
Meningkatkan kualitas pelayanan pastoral dan kader awam
Meningkatkan katekese dan liturgy yang hidup dan memerdekakan
Meningkatkan belarasa melalui dialog dan kerjasama dengan semua orang yang berkehendak baik untuk mewujudkan masyarakat yang adil, toleran dan manusiawi khususnya untuk mereka yang miskin, menderita dan tersisih
Meningkatkan keterlibatan umat dalam menjaga lingkungan hidup di wilayah Keuskupan Agung Jakarta.
Kelima karya prioritas ini akan diupayakan dengan strategi tatapelayanan pastoral evangelisasi yang sineregis, dialogis, pastisipatif dan transformatif oleh seluruh umat KAJ dengan penuh komitmen.
Secara struktur, Ardas 2016-2020 dibagi dalam empat (4) alinea dengan masing-masing topik yaitu:
Aline pertama, merupakan cita-cita ideal seluruh gereja di KAJ. Gereja katolik di KAJ adalah sebuah persekutuan (communio) umat beriman kepada Allah Tritunggal yang sudah lebih dahulu dan terus menerus memperkenalkan diriNya, mewartakan serta meujudkan karya keselamatan bagi manusia serta seluruh ciptaanNya. Jadi cita-cita umat katolik Jakarta adalah membangun persaudaraan kristiani sejati (commnuio). Sebab tanpa persekutuan tidak akan ada persaudaraan. Sebaliknya tanpa persaudaraan tidak aka nada persekutuan.
“Sebagai Communio, Gereja KAJ merupakan persekutuan dari pelbagai bentuk persekutuan umat beriman yang meliputi komunitas-komunitas teritorial Lingkungan maupun Komunitas Kategorial. Karena itu tidak perlu dikeluhkan kehadiran berbagai kelompok umat di paroki. Sebaliknya yang harus dilakukan adalah merangkul dan memberdayakan mereka agar ikut serta meujudkan cita-cita Ardas ini. Antarkelompok harus bisa saling menerima sebagai saudara dengan mengakui kekhasan masing-masing kelompok termasuk kehadiran kelompok umat dan kelompok religius,” jelas RD. Y. Radityo Wisnu yang umum disapa Rm. Inung.
Ciri khas dan istimewa kaum awam yakni sifat keduniaannya. Berdasarkan panggilan mereka yang khas, kaum awam wajib mencari kerajaan Allah, dengan mengurusi hal-hal yang fana dan mengaturnya seturut kehendak Allah.” LG 31.
Di pihak lain para religus memberi kesaksian tentang kasih Allah Tritunggal melalui hidup mereka yang dibaktikan pada-Nya.
Dengan aneka cara semua kelompok memberi kesaksian tentang kesatuan yang mengagumkan dalam Tubuh Kristus: sebab keanekaan rahmat, pelayanan dan kegiatan menghimpun para anak Allah menjadi satu, sebab ‘semua itu dikerjakan oleh Roh yang satu dan sama’ (1Kor 12:11). LG 32.
Selain sebagai sebuah communion, gereja KAJ juga merupakan sebuah gerakan umat Allah. Gerakan ini mencerminkan Alllah yang terus menerus mewahyukan diri dan bahkan rela menjadi manusia demi keselamatan seluruh ciptaanNya. Jadi communion yang dibangun adalah communion yang tidak statis tetapi komunitas yang bergerak dan hidup serta terbuka membangun kerajaan Alah . “Kita diutus dengan mengatakanmarilah kita pergi. Pergi untuk berbagi dan menghadirkan kabar sukacita sehingga kehadiran gereja katolik benar-benar sebagai sakramen keselamatan yang membawa sukacita Injili,” lanjut Rm. Inung.
Sebagai sebuah gerakan kehadiran kita bukan sebuah keniscayaan (sudah begitu adanya) dan bukan karena jasa kita atau karena kekurangan /kebutuhan Allah. “Kehadiran gerakan kita sepenuhnya karena kerahiman Allah.
Nilai-nilai Pancasila dan perwujudan Kerajaan Allah tidak bertentangan. Melainkan dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila keindonesiaan kita makin ditingkatkan dan tidak hilang. Dengan demikian kita akan menjadi mampu meujudkan gereja katolik Indonesia.
Alinea kedua, merupakan perutusan seluruh umat katolik di KAJ untuk menyelenggarakan tatapelayanan pastoral evangelisasi agar semakin tangguh dalam iman, terlibat dalam persaudaraan inklusif dan berbelarasa terhadap sesame dan lingkungan hidup. Ini merupakan ujud dari semangat Gembala baik dan murah hati yang menjadi lambing gereja katolik di KAJ.
“Jadi kita tidak lagi sekedar makin beriman tetapi semakin tangguh dalam iman. Dengan ketangguhan itu kita akan dimampukan menghadapi berbagai persoalan dan tidak mundur melainkan berani menghadapi masalah dan mencari jalan keluar,” jelas RD. Rudi Hartono.
Alinea ketiga, merupakan sasaran prioritas. Seperti diungkapkan di atas ada lima sasaran prioritas dalam pelaksanaan Ardas 2016-2020. “Buah dari pelaksanaan ke-5 program prioritas ini adalah lahirnya belarasa persaudaraan inklusif (terhadap sesama dan lingkungan). Berbelarasa kepada sesama tidak lagi hanya kepada yang seiman tetapi dengan semua orang yang berkehendak baik dan terhadap lingkungan. Cita-cita itu didekati melalui pelaksanaan ke-5 program prioritas. Memang tidak mungkin dapat terujud 100% tetapi paling tidak ujud cita-cita itu semakin menyerupai,” tandas Rm. Rudy.
Alinea keempat, mengenai harapan. Harapan umat katolik KAJ bahwa seluruh pekerjaan dan upaya kita akan disempurnakan oleh Allah yang Maha Rahim yang juga telah lebih dahulu memulainya. “Selain itu kita berharap Bunda Maria menyertai, menuntut dan meneguhkan upaya kita,” ungkap Rm. Inung.
Dalam meneguhkan Ardas 2016-2020 ini Vikjen RD. Samuel Pangestu mengatakan menyampaikan enam butir pedoman yaitu:
1.Dibutuhkan persatuan seluruh umat Allah dan komisi-komisi agar Ardas 2016-2020 bisa berjalan.
Gereja adalah sebuah bonum communion (komunitas yang baik). Relasi antara uawam-religius (clerus) dibangun berdasarkan cinta kasih agar terbangun persaudaraan insani sejati.
Strategi evangelisasi menuntut adanya restrukturisasi advokasi. Untuk itu perlu dihadirkan komisi justice & peace. Dalam struktur yang dibangun terlihat adanya kesetaraan.
Kehadiran DKP & Komisi adalah untuk mengabdi umat dan masyarakat. Dalam semangat pengabdian itu harus selalu yakin bahwa dalam segala karya kita Tuhan selalu hadir.
Program –program kerja komisi yang direncanakan bersifat inspiratif, animasi, koordinasi, fasilitasi. Kita melayani kebutuhan dasar umat bukan apa yang disukai umat. Spiritualitas apa yang ingin kita bangun di umat, tentunya kehangatan. Keberhasilan sebuah komisi dilihat dari seberapa besar ketidaktergantungan paroki lagi pada komisi itu.
Kunjungan Sekretaris Negara Vatikan Kardinal Pietro Parolin ke Indonesia berbuah manis. Selain mendapat sambutan hangat dari pemerintah sebagai utusan negara sahabat, Indonesia juga menyampaiakan undangan khusus kepada Paus Fransiskus. Selama di Indonesia Kardinal Parolin diterima oleh Menteri Luar Negeri, Menteri Agama hingga oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Presiden. “Ini menunjukkan betapa baiknya hubungan antar kedua negara,” ungkap Mgr. Ign. Suharyo, ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang juga Uskup Agung Jakarta.
Selain kunjungan ke pemerintah, Kardinal Parolin juga mengunjungi Mesjid Istiqal Jakarta yang berhadap-hadapan dengan Gereja Katedral Jakarta. “Awalnya kami ingin sekedar melihat-lihat saja keadaan masjid itu. Ternyata oleh Imam Besar Istiqal kami disuruh keluar lagi dan diminta untuk masuk dari pintu kehormatan untuk disambut secara khusus. Kembali Kardinal Parolin merasakan betapa harmonisnya hubungan antar kedua negara dan agama terbesar di Indonesia ini,” lanjut Mgr. Suharyo.
Dalam kunjungan ini secara resmi Menteri Agama Indonesia Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan undangan kepada Paus Fransiskus berkunjung ke Indonesia untuk membahas berbagai isu terutama terkait perdamaian dan pencegahan konflik antarumat beragama.
“Dengan segala kerendahhatian, kami mengundang Paus Fransiskus untuk berkenan berkunjung ke Indonesia,” kata Menteri Lukman dalam rangka kunjungan Kardinal Pietro Parolin dari Secretary of State Vatikan di ruang kerjanya di Jakarta, Rabu (12/8/2015) seperti dikutip Kompas.com.
Kunjungan Paus ini menjadi salah satu ujud nyata meningkatkan dialog antaragama. Paus juga akan bisa melihat bagaimana harmonisasi kehidupan antarumat beragama di Indonesia yang begitu beragam sekaligus untuk menemui umat katolik di Indonesia. Menurut Lukman jumlah umat katolik Indonesia tidak kurang dari tujuh juta jiwa saat ini.
Menurut Lukman, hubungan baik Indonesia dan Vatikan sudah terjalin sejak lama atau lebih dari 65 tahun. Kunjungan Kardinal Parolin ini juga membuktikan betapa baiknya hubungan antarkedua negara. Ketua KWI Mgr. Ign Suharyo, Melayani Pertanyaan Para Wartawan
Lukman juga mengatakan kepada Kardinal sangat terbantu dengan keberadaan pemuka agama Katolik dan jajaran keuskupan yang ada di semua provinsi di Indonesia. Mereka dinilai turut menjalankan misi Kementerian Agama dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan keagamaan masyarakat Indonesia.
Menag juga mengatakan, dirinya mengikuti perkembangan upaya-upaya Paus Fransiskus dalam membangun dialog lintas agama melalui media massa.
Kardinal Parolin menyambut baik dan akan menyampaikan undangan tersebut kepada Paus Fransiskus. Kardinal Pietro berharap, Paus nantinya berkesempatan untuk berkunjung dan bisa menyaksikan kehidupan beragama di Indonesia.
Menurut Mgr. Suharyo, Kardinal Parolin juga akan mengundang Presiden Jokowi maupun Menag Lukman ke Vatikan apabila sedang melawat ke Eropa.
Undangan kepada Paus sudah diwacanakan sejak November 2014 lalu. Undangan itu untuk menghadiri Perayaan Indonesian Youth Day (IYD) 2016 di Manado, Sulawesi Utara. Atau juga untuk menghadiri perayaan 7th Asian Youth Day 2017 di Indonesia. “Tetapi undangan itu tidak bisa hanya atas nama gereja. Karena Paus selain pimpinan agama Katolik juga pimpinan negara Vatikan. Jadi harus ada kerjasama KWI dan pemerintah dalam menghadirkan Paus ke Indonesia,” jelas Mgr. Suharyo.
Sebelumnya telah ada dua kali kunjungan Paus ke Indonesia yaitu oleh Paus Paulus VI dan Paus Johanes Paulus II. “Hubungan baik Vatikan dengan Indonesia sudah terjalin erat sejak awal kemerdekaan Indonesia. Vatikan adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan RI. Juga ketika Menteri Pertahanan RI Hamengku Bowono IX membuka atase militer di Vatikan, juga disambut baik dengan membentuk vikariat militer Vatikan di Indonesia,” jelas Mgr. Suharyo.
KWI : CITA-CITA KEBANGSAAN PANCASILA DAN UUD’45 TETAP JADI LANDASAN
Muliawan Margadana (batik) Menjelaskan 4 Permasalah Pokok Indonesia
Dalam memperingati ulang tahun kemerdekaan NKRI ke-70 Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menyampaikan refleksi umat Katolik Indonesia. Hal itu diutarakan oleh Ketua KWI Mgr. Ign Suharyo di Jakarta 14 Agustus 2015. Meski kecil namun umat katolik berperan baik dalam memperjuangkan kemerdekaan sekaligus mengisi kemerdekaan RI. “Karena itu ada beberapa umat katolik yang menjadi pahlawan maupun penerima penghargaan dari pemerintah atas jasa mereka,” ujar Mgr. Suharyo.
Kali ini pun dalam memperingati hari istimewa kemerdekaan RI ke-70 ingin memberikan sumbang pikiran dalam memperjuangkan dan mujudkan cita-cita kebangsaan RI yaitu Pancasila dan UUD’45. “Meski sudah banyak yang dilakukan oleh pemerintah, pebisnis, masyarakat dan kelompok kemasyarakatan namun banyak juga yang belum mendapat tanggapan dengan baik baik oleh pemerintah, pebisnis maupun kelompok-kelompok masyarakat. Seluruh permasalahan yang ada menurut umat katolik harus diatasi dengan kembali ke cita-cita kebangsaan RI dan tonggak sejarah yang sudah ditorehkan pendahulu kita ,” tegas Mgr. Suharyo. Mgr. Suharyo memberi contoh tonggak sejarah yang pernah ada yaitu pada 1908 : Kebangkitan Nasional, pada 1928: Sumpah Pemuda, pada 1945 : Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan landasan negara kita UUD ’45 dimana dalam pembukaan tertera Pancasila.
Bila kita setia dengan cita-cita kebangsaan kita dalam menghadapi dan mengatasi berbagai keprihatinan dan permasalahan maka harapan untuk lebih maju masih terbuka luas. Setidaknya KWI merumuskan 4 permasalahan fundamental yang menghambat pemenuhan hakikat kemanusiaan dan perkembangan peradaban bangsa Indoesia yang majemuk. “Inilah yang mengakibatkan banyak anak bangsa ini yang belum bisa merasakan cita-cita kemerdekaan meski sudah 70 tahun,” ungkap Muliawan Margadana, Ketua Presidium Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA).
Ke-4 permasalahan utama itu adalah : Kemiskinan dan pengangguran, politik , ketimpangan sosial ekonomi, lemahnya penegakan supremasi hukum dan maslah sosial budaya. “Menurut Gereja Katolik salah satu akar pemasalahan utama dan fundamental adalah kurangnya komitmen moral para penyelenggara negara, pemimpin politik dan warga terdidik untuk meujudkan cita-cita kemerdekaan yang diamanatkan oleh pendiri bangsa. Bahkan setelah 70 tahun merdeka masih dirasakan perlu usaha keras untuk meningkatkan komitmen moral di kalangan penyelenggara negara. Dengan komitmen moral yang kuat akan mampu membebaskan diri dari praktek korupsi, lolusi, nepotisme dan pragmatism yang menempatkan kepentingan pribadi, golongan dan kelompok diatas kepentingan bangsa,” ungkap Muliawan.
Moral para pemimpin politik dan penyelenggara negara sering jauh dari upaya meujudkan kedaulatan rakyat, tata kelola yang baik, demokrasi yang substantive. Fungsi check and balances lembaga legislative nyaris tidak ada, bahkan upaya justeru melemahkan kekuatan oposisi di parlemen. Banyak produk legislasi yang tidak aspiratif melainkan penuh muatan kepentingan sempit. Akhirnya digugat oleh masyarakat. Ini terjadi karena rendahnya kualitas anggota parlemen di pusat maupun di daerah. Kembali lagi kondisi ini bagian dari kelemahan proses rekruitmen dan kaderisasi. Pimpinan partai politik terlalu dominan di pihak lain etika dan budaya politik elit politik masih rendah dan sisitem pertanggungjawaban kepada konstituen yang lemah. Terlihat jelas terjadinya praktik politik transaksional dan berorientasi kekuasaan belaka. Uang menjadi pendorong utama perpitikan bangsa ini sementara semangat gotongroyong dan nilai Pancasila terabaikan. Kondisi ini jauh dari semangat amanat dan pengabdian luhur kepada bangsa. “Dalam situasi seperti inilah gereja katolik berharap para pemimpin di segala lapisan yang memiliki kejujuran kepada diri sendiri, keluarga, rakyat dan bangsa ini serta setia kepada nilai-nilai Pancasila,” tandas Muliawan.
Di bidang ekonomi gereja katolik merasakan besarnya ketimpangan kaya dan miskin baik antarindividu maupun antardaerah. Ini terjadi karena pengelolaan perekonomian negarakurang optimal dalam kurun waktu yang lama. Ke depan gereja katolik berharap akan terujud perekonomian yang sustainable. Hanya dengan demikian bangsa ini akan mampu menghadapi era globalisasi dan bonus demografi.
Di bidang penegakan supremasi hukum gereja katolik melihat terjadi pelemahan sehingga dirasakan keadilan belum dirasakan masyarakat. Praktik mafia hukum terlihat secara kasat mata dimana-mana sehingga dapat dikatakan dimana-mana terjadi pelanggaran komitmen pro justitia. Bahkan boleh dikatakan terjadi penggadaian hukum demi memperkaya diri. Rakyat muak melihat prkatik-praktik ini dan akhirnya main hakim sendiri.
Di bidang sosial budaya masih terjadi praktik penindasan kepada kaum minoritas dan marginal. Sehingga dipertanyakan dimana peran perlidungan negara terhadap segenap rakyatnya. Bahkan pihak-pihak yang jelas-jelas tidak setia kepada Pancasila bisa melenggang dengan bebas menginjak-injak kebebasan beragama.
Itulah sebabnya Gereja katolik menggunakan kesempatan perayaan penting ini untuk menyampiakan inspirasi dan hasil refleksinya. “Gereja katolik berharap pemerintah dan peara pemimpin bangsa mulai memperbaiki mentalitas berkuasa dari orientasi proses menjadi yang berorientasi hasil. Akhirnya rakyat Indonesia merasakan perbaikan kualitas hidup yang lebih cepat dan meminimalisasi ekses pembangunan ,” harap Muliawan. Di tengah berbagai kondisi kekinian bangsa Indonesia masih ada optimism dan keyakinan negara akan semakin maju dan sejahtera. “Syaratanya seluruh pimpinan bansa ini besedia melakukan konsolidasi komitmen moral uantuk membangun Indonesia,” tutup Mgr. Suharyo.
Secara spesifik Mgr. Suharyo mengungkapkan bahwa KWI sejak 1997 setiap sidang KWI selalu mengangkat masalah korupsi sebagai keprihatinan prioritas utama. Tetapi KWI hanyalah sarana iman dan moral bukan penegak hukum seperti KPK. Jadi setiap umat diharapkan bisa memberi sumbangsih masing-masing melalui kreativitasnya untuk menumpas praktek korupsi. “Contohnya ada umat yang dengan rela hati mendirikan Lembaga Pendidikan Anti Korupsi. Sasaran yang ingin mereka capai adalah para calon penyelenggara negara. Mereka mendampingi supaya mereka berani mengatakan tidak kepada korupsi. Ada juga yang memberi pendidikan sejak dini bagi anak-anak agar kelak tidak ikut arus melakukan korupsi. Ini semua karena adanya himbauan moral dan iman yang hidup,” ungkap Mgr. Suharyo.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengundang pemimpin tertinggi umat Katolik se-dunia, Paus Fransiskus, ke Indonesia guna membahas berbagai isu, terutama terkait perdamaian dan pencegahan konflik antarumat beragama.
“Dengan segala kerendahhatian, kami mengundang Paus Fransiskus untuk berkenan berkunjung ke Indonesia,” kata Menteri Lukman dalam rangka kunjungan Kardinal Pietro Parolin dari Secretary of State Vatikan di ruang kerjanya di Jakarta, Rabu (12/8/2015).
Lukman mengatakan, kunjungan itu nantinya untuk meneguhkan agar semangat dialog antarumat beragama terus dikembangkan. Selain itu, kunjungan itu juga ditujukan untuk memperlihatkan kehidupan keagamaan di Indonesia dan bertemu dengan umat Katolik di Indonesia.
Menurut Lukman, hubungan baik Indonesia dan Vatikan sudah terjalin sejak lama atau lebih dari 65 tahun. Umat Katolik di Indonesia sendiri jumlahnya cukup banyak, tidak kurang dari tujuh juta jiwa.
Kepada Kardinal, Menteri Agama (Menag) mengaku sangat terbantu dengan keberadaan para pemuka agama, termasuk pemuka agama Katolik dan jajaran keuskupan yang ada di semua provinsi di Indonesia. Mereka dinilai turut menjalankan misi Kementerian Agama dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan keagamaan masyarakat Indonesia.
Menag juga mengatakan, dirinya mengikuti perkembangan upaya-upaya Paus Fransiskus dalam membangun dialog lintas agama melalui media massa.
“Upaya untuk selalu membangun dialog antarumat beragama merupakan sesuatu yang sangat positif, dan kami sangat mengapresiasi dan berterima kasih atas apa yang selama ini dilakukan oleh Paus Fransiskus yang dampaknya sangat baik bagi Indonesia dan juga dunia,” katanya.
Terkait kunjungan Kardinal Pietro, Menag Lukman menyambut baik kegiatan tersebut. Menurut Lukman, kunjungan pertama Sekretaris Negara Vatikan ke Indonesia ini sangat baik bagi hubungan kedua negara. Akan disampaikan ke Paus
Kardinal Pietro Parolin menyambut baik dan akan menyampaikan undangan tersebut kepada Paus Fransiskus.
Kardinal Pietro berharap, Paus nantinya berkesempatan untuk berkunjung dan bisa menyaksikan kehidupan beragama di Indonesia.
Pietro juga mengundang Menag Lukman, jika ada kesempatan ke Eropa, untuk berkunjung ke Sekretariat Vatikan di Roma. “Kami sangat tertarik dengan Islam Nusantara,” kata Pietro. (nasional.kompas.com)
PENGANTAR BULAN KITAB SUCI 2015
Kita bersyukur kembali bahwa tahun ini kita memasuki Bulan Kitab Suci Nasional. Bulan ini mejadi kesempatan kita “belajar” bersama. Belajar yang dituntun oleh Allah. Belajar untuk membaca sabda. Belajar untuk mendengarkan sabda. Belajar dengan sesama untuk merenungkan sabda. Dan yang lebih utama adalah menghidupi sabda dalam ke- seharian kita. Semangat ini juga yang ingin diwujudnyatakan dalam semboyan Tahun Syukur 2015 di keuskupan tercinta kita.
Bapak uskup Ignatius Suharyo mengatakan demikian dalam Surat Gembala Prapaskah 2015 (membuka Tahun Syukur): Semboyan ini mencerminkan dinamika hidup beri- man kita yang kita harapkan menjadi semakin ekaristis. Dalam perayaan Ekaristi kita mengenangkan Yesus yang “mengambil roti, mengucap syukur, lalu memecah- mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya”. Hidup kita diharapkan semakin ekaristis. Hidup yang siap dipakai Allah dalam semangat syukur, yang siap dipe- cah-pecah dan dibagikan untuk sesama sebagai berkat.
Maka pada tahun ini, kita ingin belajar dari tokoh- tokoh dalam kitab suci. Tokoh-tokoh yang bisa kita jadikan “cermin” bagi hidup kita. Mereka adalah Andreas dan Filipus, Maria Magdalena, Nikodemus dan orang buta dalam Injil Yohanes. Mereka mengalami hidup suka nan duka seperti kita. Mereka mau tekun berproses dalam iman. Dan selalu melibatkan Allah dalam hidup mereka. Demikian juga dengan kita pastinya.
Akhirnya, saya bersyukur dan berterima kasih untuk mereka yang sungguh setia dan tekun dalam mempersiap- kan bahan ini. Khususnya anggota Komisi Kerasulan Kitab Suci KAJ yang didampingi oleh Rm. Yosep Susanto, Pr. Semoga buku pendalaman iman ini berguna dalam mengisi Bulan Kitab Suci 2015. Kami pun sangat terbuka dengan ma- sukan dan harapan yang membangun untuk kami. Tuhan memberkati….
RD. Romanus Heri Santoso
Komisi Kerasulan Kitab Suci KAJ
DOWNLOAD BUKU PDF DAN POWER POINT PANDUAN PENDALAMAN KITAB SUCI
Kita bersyukur kembali bahwa tahun ini kita memasuki Bulan Kitab Suci Nasional. Bulan ini mejadi kesempatan kita “belajar” bersama. Belajar yang dituntun oleh Allah. Belajar untuk membaca sabda. Belajar untuk mendengarkan sabda. Belajar dengan sesama untuk merenungkan sabda. Dan yang lebih utama adalah menghidupi sabda dalam keseharian kita. Semangat ini juga yang ingin diwujudnyatakan dalam semboyan Tahun Syukur 2015 di keuskupan tercinta kita. Bapak uskup Ignatius Suharyo mengatakan demikian dalam Surat Gembala Prapaskah 2015 (membuka Tahun Syukur): Semboyan ini mencerminkan dinamika hidup beriman kita yang kita harapkan menjadi semakin ekaristis. Dalam perayaan Ekaristi kita mengenangkan Yesus yang “mengambil roti, mengucap syukur, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya”. Hidup kita diharapkan semakin ekaristis. Hidup yang siap dipakai Allah dalam semangat syukur, yang siap dipecah-pecah dan dibagikan untuk sesama sebagai berkat.
Maka pada tahun ini, kita ingin belajar dari tokoh-tokoh dalam kitab suci. Tokoh-tokoh yang bisa kita jadikan “cermin” bagi hidup kita. Mereka adalah Andreas dan Filipus, Maria Magdalena, Nikodemus dan orang buta dalam Injil Yohanes. Mereka mengalami hidup suka nan duka seperti kita. Mereka mau tekun berproses dalam iman. Dan selalu melibatkan Allah dalam hidup mereka. Demikian juga dengan kita pastinya.
Akhirnya, saya bersyukur dan berterima kasih untuk mereka yang sungguh setia dan tekun dalam mempersiapkan bahan ini. Khususnya anggota Komisi Kerasulan Kitab Suci KAJ yang didampingi oleh Rm. Yosep Susanto, Pr. Semoga buku pendalaman iman ini berguna dalam mengisi Bulan Kitab Suci 2015. Kami pun sangat terbuka dengan masukan dan harapan yang membangun untuk kami. Tuhan memberkati….
Benedictiones invocative adalah kata bahasa Latin yang memiliki makna seruan yang berisi permohonan berkat. Pemberkatan sakramentali jenis ini tidak mengubah status atau tujuan penggunaan dari yang diberkati. Tujuan dari pemberkatan ini adalah agar yang diberkati memperoleh perlindungan Tuhan dan/atau dapat digunakan bagi kemuliaan Tuhan serta membantu keselamatan jiwa kita. Contoh pemberkatan bentuk ini:
Untuk manusia: berkat sebelum perjalanan, berkat salib pada dahi anak, pemberkatan jenasah, pemberkatan keluarga, pemberkatan suami-isteri, pemberkatan anak-anak dalam keluarga oleh orang tua, pemberkatan orang yang bertunangan, pemberkatan Ibu yang akan melahirkan, pemberkatan anak sekolah.
Untuk barang atau benda: pemberkatan rumah, toko, bengkel, gedung (apa pun), alat transportasi, sawah, benih, alat-alat pertanian, pertukangan, kedokteran, ternak, kandang.
Berikut ini adalah contoh doa pemberkatan kendaraan bermotor:
“Allah dan Tuhan kami, kami menghadap hadirat-Mu dan mohon kepada-Mu: sudilah memberkati kendaraan ini dan lindungilah semua orang yang menggunakannya terhadap segala kecelakaan dan malapetaka. Berilah agar di tengah-tengah lalu-lintas di jalan-jalan, kami selalu penuh rasa tanggungjawab.
Jadikanlah kami orang-orang yang penuh perhatian dan rela membantu. Semoga kendaraan ini membantu kami dalam mendatangkan kerajaan cinta kasih-Mu. Semoga dalam segala-galanya, khususnya dalam menggunakan kendaraan ini, kami menjadi saksi-saksi-Mu. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami.” Amin
Berkat yang berisi permohonan seperti ini amat berarti bagi kita untuk membina iman, pengharapan dan kasih kita.
Dibahasakan kembali berdasarkan buku Renungan Bulan Katekese Liturgi, 2015, hlm 14-15 atas ijin penulisnya. + I. Suharyo – Uskup Keuskupan Agung Jakarta. (*)
Tarekat Suster FMM ini didirikan pada 6 Januari 1877 di Otacamund, India. Pendirinya adalah Helene de Chappotin yang dikenal dengan nama Marie de la Passion yang lahir di Nantes, Prancis pada 21 Mei 1839. Panggilan misionarisnya mengantarnya ke tanah India. Atas petunjuk Paus Pius IX ia pun mendirikan Tarekat Misonaris Maria di India yang mengikuti cara hidup dan spiritualitas St. Fransiskus Assisi.
Panggilan suster FMM adalah menghayati Injil dalam hidup sederhana, gembira dan damai, pembawa damai dalam dunia. Dalam semangat Bunda Maria, para suster FMM menyembah Tuhan Yesus Kristus dengan memusatkan hidup religiusnya pada Ekaristi; Menyerahkan diri sepenuhnya pada Penyelenggaraan Ilahi seperti Bunda Maria “Ecce” dan “Fiat“. Panggilan FMM yang bercorak aktif dan tetap kontemplatif, menekankan doa yang terpancar dalam karya kerasulan.
Kualitas dari waktu doa pribadi dan komunitas meneguhkan cara hidup misionaris FMM. Di Indonesia mereka banyak berkarya di bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan pastoral, sosial-ekonomi dan sebagainya. Di Jakarta mereka hadir di daerah Slippi, Jakarta Barat.
“Wahai kaum mudi Katolik, jika hati anda tergerak menjawab panggilan Tuhan menyerahkan hidup sepenuhnya, maka kami menanti anda di Biara Provinsialat Our Lady of Victories, Kompleks Regina Pacis, Jl. Palmerah Utara 1, Slipi, Jakarta 11480, Tel.: (021) 5482818, Tel. Prov.: (021) 53653707, Website: www.FMM.or.id. (*)