Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-1/Thn4/2015
[gview file=”https://www.kaj.or.id/wp-content/uploads/2015/03/INFO-GEMBALA-eds-02_2015.pdf” height=”700px” width=”480px” save=”1″]
Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-1/Thn4/2015
[gview file=”https://www.kaj.or.id/wp-content/uploads/2015/03/INFO-GEMBALA-eds-02_2015.pdf” height=”700px” width=”480px” save=”1″]
KOMPAS.com – Penculikan hampir 100 orang Kristen Asiria oleh milisi Negara Islam atau ISIS di Suriah telah mendorong keluarga-keluarga yang ketakutan meninggalkan rumah mereka, kata para aktivis Rabu (25/2/2015, saat Washington bersumpah untuk mengalahkan kelompok militan itu.
Hampir 1.000 keluarga telah meninggalkan desa-desa di Provinsi Hasakeh di Suriah timur laut sejak penculikan pada Senin lalu. Demikian menurut data Assyrian Human Rights Network yang berbasis di Swedia. Sekitar 800 keluarga mengungsi di kota Hasakeh dan 150 lainnya di Qamishli, sebuah kota Kurdi di perbatasan dengan Turki, kata kelompok itu, yang menambahkan bahwa jumlah pengungsi itu sekitar 5.000 jiwa.
Sementara sebagian besar dari mereka disandera adalah perempuan, anak-anak atau orang tua.

Amerika Serikat dan PBB telah mengecam penculikan massal itu dan menuntut pembebasan para sandera. Praktik penculikan massal semacam itu baru pertama kali terjadi di negara yang dikoyak perang tersebut.
“Aksi terbaru ISIS menyasar kelompok minoritas agama hanya menjadi bukti lanjutan atas perlakuan brutal dan tidak manusiawi mereka terhadap semua orang yang tidak setuju dengan tujuan busuk mereka,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki. Komentar senada dilontarkan Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Bernadette Meehan. “Masyarakat internasional bersatu dan tidak terpengaruh dalam tekad untuk mengakhiri kebejatan ISIS. Amerika Serikat akan terus memimpin perlawanan untuk menumbangkan dan akhirnya mengalahkan ISIS.”

Dewan Keamanan PBB juga mengecam penculikan itu dan menuntut agar para sandera dibebaskan segera dan tanpa syarat.
Osama Edward, direktur Assyrian Human Rights Network, mengatakan dia yakin penculikan tersebut terkait dengan kekalahan ISIS belakangan ini dalam menghadapi serangan udara pimpinan AS yang dimulai di Suriah pada September lalu. “Mereka membawa sandera untuk menjadikan mereka sebagai perisai manusia,” katanya kepada AFP.
Dia mengatakan, ISIS, yang berperang melawan para pejuang Kurdi di darat, mungkin mencoba untuk menukar orang-orang Asiria itu dengan anggota ISIS yang ditahan. Menurut Osama, tujuan ISIS adalah mengusai desa Kristen Asiria Tal Tamer, dekat jembatan yang menghubungkan Suriah dengan Irak.

Menurut Syrian Observatory for Human Rights, para pejuang Kurdi telah merebut kembali tiga desa Asiria dan sebuah desa Arab di dekatnya pada Rabu. “Unit Perlindungan Rakyat (YPG) Kurdi telah merebut kembali Tal Shamiran, Tal Masri, Tal Hermel dan Ghbeish,” kata direktur Observatory, Rami Abdel Rahman. Namun pertempuran terus berlanjut di daerah itu.
Di Tal Shamiran, para milisi membakar sebagian dari sebuah gereja. Dan di desa Arab Ghbeish, ISIS memenggal empat orang, dan membakar rumah-rumah dan sebuah sekolah. Mereka menuduh para penduduk desa “berkolaborasi” dengan pejuang Kurdi.
ISIS, yang juga menguasai wilayah luas di Irak, tahun lalu telah mendeklarasikan sebuah “khilafah” Islam di daerah yang dikuasai dan telah melakukan kekejaman luas.

Orang-orang Asiria, salah satu dari komunitas Kristen tertua di dunia, telah berada di bawah ancaman yang meningkat sejak ISIS menguasai sebagian besar Suriah.
Pekan lalu, ISIS cabang Libya merilis sebuah video yang menunjukkan pemenggalan 21 warga Kristen Koptik, sebagian besar asal Mesir.
Edward, yang berasal dari Provinsi Hasakeh di mana terdapat 35 desa Asiria, mengatakan milisi masuk ke rumah-rumah warga pada malam hari saat orang-orang sedang tidur. Para sandera kemudian dibawa ke Shaddadi, sebuah provinsi yang menjadi basis ISIS.

Para milisi itu telah mengintimidasi penduduk desa itu selama berminggu-minggu. “Orang-orang telah memperkirakan serangan itu, tetapi mereka berpikir bahwa entah tentara Suriah, yang hanya berjarak 30 kilometer dari sana, atau pejuang Kurdi atau serangan udara koalisi (yang dipimpin AS) akan melindungi mereka,” kata Edward.
Sementara itu, di Washington, Menteri Luar Negeri John Kerry mengatakan Amerika Serikat dan Iran punya “kepentingan bersama” dalam mengalahkan ISIS tetapi musuh lama AS itu tidak mau bekerja sama untuk melakukan hal itu. “Mereka benar-benar menentang ISIS dan mereka sebenarnya sedang bertempur dan mengeliminasi anggota ISIS di sepanjang perbatasan Irak yang dekat dengan Iran dan punya keprihatinan serius tentang apa yang akan dilakukan terhadap wilayah tersebut,” kata Kerry kepada anggota parlemen. “Jadi kita memiliki setidaknya kepentingan bersama, jika bukan sebuah upaya kerja sama.”

Sementara itu, Uskup Agung Katolik Hasakeh-Nisibi di Suriah menuduh Turki telah membiarkan para milisi ISIS yang bertanggung jawab atas penganiayaan terhadap orang-orang Kristen Suriah menyeberangi perbatasan tanpa diperiksa. Di sisi lain, Turki mencegah orang Kristen untuk melarikan diri. “Di utara, Turki membiarkan melalui truk-truk, para milisi Daesh (ISIS), minyak, gandum dan kapas dicuri dari Suriah: semua itu dapat menyeberangi perbatasan tetapi tidak seorang pun (dari komunitas Kristen) boleh lewat,” kata Jacques Behnan Hindo.
Sebelum perang saudara di Suriah meletus tahun 2011, ada 30.000 orang Asiria di negara itu. Saat itu, Suriah memiliki populasi orang Kristen sekitar 1,2 juta orang.
REFLEKSI IMAN:
Akhir-akhir ini kita sering disuguhi berita menyeramkan bagaimana saudara/i seiman kita dikejar-kejar, dianiaya, dan dibunuh dengan kejam. Banyak dari mereka berpindah-pindah tempat tinggal hanya agar tetap hidup. Kita dianggap kafir hanya karena perbedaan iman. Sejarah penganiyaan Kristiani seperti terulang kembali.
Kita ingat dahulu pada Jaman Tuhan, Jaman Para Murid dan Gereja Perdana, Gereja selalu dikejar-kejar, dianiaya dan dibunuh dengan sangat kejam (diadu dengan binatang buas, disalib, dibakar, dipenggal, dsb). Namun akhirnya Tuhan sendiri memenangkan Gereja-Nya.
Bukankah Yesus sendiri bersabda: “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah,” (Yohanes 12:24). Darah para martir itu telah menjadi benih mati dan pupuk bagi iman untuk bertumbuh.
Bukankah juga, bahwa Tuhan sendiri juga sudah meramalkan bahwa: “Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku, dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci” (Matius 24:9-10).
Marilah kita berdoa khusus bagi Gereja kita yang dianiaya, bahwa meskipun mengalami penganiayaan dan pembunuhan yang paling kejam pun, mereka ini tetap memelihara iman mereka tidak tercemar. Meskipun jauh dari segala kesenangan, tertutup dari sinar matahari, dan tinggal di dalam gelap di dalam tanah, dibakar, dianiaya dan dibunuh dengan disiksa secara kejam; mereka tidak mengeluh sedikit pun.
Kita yakin dan percaya akan sabda Kristus bahwa ketika kita menderita, wafat dan disalibkan bersama DIA: “Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan AKU di dalam Firdaus,” (Luk 23:43).
Marilah Berdoa:
Ya Tuhan Yesus, pada masa prapaskah ini, kami berdoa khusyuk pada-Mu memohon ampun atas segala dosa-dosa kami. Terlebih kami sadar bahwa dosa-dosa kamilah yang sudah menyakiti-Mu. Secara khusus ya Tuhan, kami turut bersedih akan putera-puteri-MU yang dikejar-kejar, dianiaya dan dibunuh dengan sangat kejam. Semoga Engkau sendiri hadir dalam mujizat dan rahmat penguatan pada mereka, agar mereka betul-betul setia hingga Engkau sendiri memanggil mereka dan menganugerahi mahkota martir penuh kemenangan iman. Ya Tuhan kami percaya bahwa justru dalam kemalanganlah maka Kekuatan-Mu akan semakin nyata terlihat. Dan bagi mereka para penganiaya dan pembunuh itu ya Tuhan, kiranya ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Sebab Engkaulah Kristus Tuhan yang sudah wafat namun bangkit untuk menyelamatkan hidup kami, yang berkuasa kini dan selama-lamanya. Amin.
(Rk)
TEMPO.CO, Cilacap – Kampung Laut tahun 1973 adalah neraka. Delta Sungai Citanduy di samping Nusakambangan itu bak sarang penyakit. Namun, bagi Charles Patrick Edward Burrows atau yang biasa disapa Romo Carolus OMI (Oblat Maria Immaculata), Kampung Laut adalah rumah keduanya.
Romo datang ke Kampung Laut pada 1973 dengan menumpang speedboat. Lahir di Dublin, Irlandia, pada 4 April 1943, Romo berketetapan hati untuk berbagi kasih dengan penduduk Kampung Laut yang terpinggirkan. “Dulu mereka dipinggirkan, dituduh simpatisan partai terlarang. Tak ada yang mau mengurus mereka,” ujar Romo, Selasa, 24 Februari 2015.
Awal ia datang di daratan yang dikelilingi hutan mangrove itu, banyak penduduknya yang sakit mata. Saking parahnya, nanah keluar dari mata mereka yang sakit. Dengan kasih sayang, warga yang sakit diberi salep mata oleh Romo.
Tak mudah menjadi seorang romo. Meski hanya punya motif kemanusiaan, ia kerap dituduh melakukan kristenisasi terhadap penduduk Kampung Laut. Tanpa gembar-gembor ayat-ayat suci, Romo terus kerja, kerja, dan kerja. Ia memperbaiki sanitasi lingkungan, membangun jembatan antarpulau, serta meningkatkan pendidikan penduduk. “Fokus saya mengentaskan kemiskinan warga Kampung Laut,” katanya.
Romo menjadi warga negara Indonesia tahun 1983. Meski demikian, ia kerap pulang ke Irlandia untuk menemui saudaranya. Ia merasa lebih dibutuhkan di Kampung Laut dibandingkan di negaranya.
Sejak lima tahun terakhir, Romo Carolus memberi perhatian pada penghijauan kembali lahan gundul dengan pohon-pohon spesies lokal di pulau seluas 22 ribu hektare itu sambil memberdayakan masyarakat setempat. Nama Romo Carolus sudah sangat melekat dengan warga Cilacap. Tak terkecuali bagi Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamudji. “Romo tidak berkarya dengan tinta, tapi tetesan keringat. Ia turun dan mendengar langsung keluhan masyarakat,” katanya.
Melalui Yayasan Sosial Bina Sejahtera (YSBS), ia membangun lima TK, dua SD, delapan SMP, tiga SMA, dan satu akademi maritim. Ia percaya pendidikan adalah hak semua anak. “Pendidikan membebaskan orang dari kemiskinan dan kebodohan,” ujar Romo yang dikenal dengan Teologi Cinta-nya itu.
Seminggu sekali, Romo yang menolak hukuman mati itu mempersembahkan Ekaristi di salah satu lembaga pemasyarakatan di Nusakambangan, yang penghuninya menunggu eksekusi hukuman mati.
Romo Carolus meminta pemerintah menyediakan pendamping bagi terpidana mati yang beragama Katolik. Pada eksekusi gelombang pertama, 18 Januari 2015, terpidana mati Marco Archer Cardoso tidak didampingi pemuka agama Katolik. “Inilah yang memicu hubungan antara Indonesia dan Brasil memburuk,” kata Romo Carolus.
Ia mengatakan, saat dieksekusi di hadapan regu tembak, Marco tak didampingi pendeta Katolik. Padahal Romo Carolus sudah menghubungi pihak LP Nusakambangan untuk diizinkan mendampingi Marco. Namun tak ada respons dari LP Nusakambangan. Jauh hari sebelum dieksekusi, Romo Carolus juga sudah melakukan pendampingan. Ia menyayangkan Marco tak mendapatkan haknya seperti ritual rekonsiliasi dan perjamuan suci.
Kisah gembong narkoba asal Brasil, Marco Archer Cardoso Moreira, yang menangis di menit-menit terakhir sebelum dieksekusi mati pada Januari lalu terungkap. Pastor Charles Patrick Edward Burrows atau dikenal sebagai Romo Carolus membeberkan kembali kisah itu.
Menurut Pastor kelahiran Irlandia yang sudah jadi warga negara Indonesia sejak 1983 itu, Marco pada bulan lalu diseret keluar dari selnya di Nusakambangan. Marco menjerit dan menangis. Bahkan, ritual agama terakhir, ditolak oleh Marco.
Kisah itu dibeberkan Romo Carolus kepada Fairfax yang dilansir Independent hari Ahad. Marco dihukum mati oleh regu tembak Indonesia pada 18 Januari 2015 di Nusakambangan. ”Tidak ada yang menghibur Marco,” kata Romo Carolus. ”Dia harus diseret dari selnya, menangis, dan berkata ‘tolong saya’,” kata Romo Carolus.
Bila ziarah anda sebelumnya terasa mahal dan tidak bermakna, karena waktu untuk berdoa yang disediakan singkat dan lebih banyak waktu untuk rekreasi dan berbelanja, maka Kami mencoba membantu anda untuk menemukan ziara murah dan bermakna:
Biaya dapat diangsur, membantu niat ziarah anda dengan tidak menginap di penginapan mewah, tidak mengunjungi tempat rekreasi umum dan tempat belanja.
Mendampingi ziara anda dengan menyertakan PEREKAT (Pendamping retret dan rekoleksi Katolik)
(Tujuan: Gua Maria Weleri, Salatiga, Jawangmangu, Kediri, Solo dan Ambarawa)
Info Pendaftaran:
Kantor PEMIKAT KAJ, Pak Bardi (021-3519193, eks. 205)
Biaya:
Rp. 1.350.000/orang
(DP: Rp. 700.000,- + Angsuran ke-2= Rp. 350.000,- pelunasan=Rp. 300.000,-


(PERIODE: FEBRUARI – APRIL 2015)
IKUTILAH LOMBA
SERTA
Dalam Rangka
INFO LENGKAP TELP: 021-3519193, eks.241 dan/email ke: raka.kaj@gmail.com
Selamat Berkarya
Komisi Komsos KAJ
Keamanan di Vatikan serta Italia sudah diperketat lantaran ancaman serangan makin bertambah oleh beberapa militan Islam, kata beberapa petinggi pada Rabu (18/2).
Satu hari sesudah kabinet Italia menyepakati beberapa langkah keamanan baru lantaran kecemasan teroris yang menyerang Libya, kepala Garda Swiss Vatikan menyatakan aksi pencegahan penambahan sudah di ambil untuk menanggung keamanan Paus Fransiskus.
“Apa yang berlangsung di Paris dengan serangan ke Charlie Hebdo dapat juga berlangsung di Vatikan. Kami siap campur tangan untuk menjamin perlindungan Paus Fransiskus, ” kata Christoph Graf pada harian Italia Il Giornale.
“Kami sudah meminta anggota garda Swiss untuk lebih memerhatikan serta secara cermat memonitor gerakan tiap-tiap orang, ” imbuhnya, seraya menekankan bahwa intelijen memberi info detil perihal tiap-tiap potensi ancaman.
Graf mengaku bahwa gaya pastoral yang ramah Paus Fransiskus membuat pekerjaan pihak keamanan menjadi tidak gampang.
“Bapa Suci tak suka tim pengamanan terlampau dekat dengan dia. Kita mesti menghormati itu serta melindungi jarak, ” tuturnya.
Komite keamanan pemerintah Italia pada Selasa menjadikan negara itu pada kondisi siaga serta keputusan yang di ambil minggu lalu untuk menaikkan jumlah tentara anti-teror dari 3. 000 jadi 4. 800 personil.
Event Expo 2015 Masuk dalam Daftar Ancaman
Italia melaporkan Rabu bahwa tempat event Expo 2015 internasional yang akan datang di Milan, kementerian luar negeri di Roma, Vatikan, serta sinagoga di semua negeri itu sudah diidentifikasi juga sebagai target militan Islam.
“Serangan-serangan sudah sukses di negara-negara lain, makin besar resiko seorang yang berusaha untuk mengikuti tindakan tersebut di Italia, ” kata Felice Casson, seseorang senator serta sekretaris komite parlemen Copasir yang mengawasi dinas rahasia Italia pada La Republicca.
Surat kabar itu menyampaikan keamanan khusus sudah diperintahkan untuk beberapa wartawan serta Yahudi Italia.
Italia sudah dihantam oleh isu yang mencemaskan dalam beberapa hari terakhir sejak video yang memperlihatkan pemenggalan oleh grup Islamic State (IS) pada 21 orang Kristen Mesir di Libya.
Rekaman itu termasuk juga peringatan bahwa Libya bisa dipakai juga sebagai basis untuk menyerang Italia serta banyak pejuang IS ada “di selatan Roma. ”
Peringatan IS
Sebagian tokoh oposisi di Italia sudah menyerukan seluruhnya operasi pencarian serta penyelamatan pengungsi dari angkatan laut di Mediterania ditunda lantaran banyak teroris memakai perahu pengungsi juga sebagai langkah untuk masuk ke Italia.
Pemerintah mengaku tidak bisa tidak menghiraukan isu itu dengan menyampaikan pemeriksaan ketat di beberapa tempat spesifik untuk mengurangi resiko, walau pihaknya belum temukan bukti.
Pemerintah juga mesti memonitor klaim yang beredar luas bahwa kurang lebih 200. 000 migran Afrika di Libya telah memesan kapal untuk ke Italia. (www.ucanews.com)
Sebuah Refleksi
Tentu tidak gampang menerima perbedaan pendapat atau keyakinan. Namun jika kita melihat dari sudut pandang bahwa perbedaan itu adalah kekayaan keanekaragaman dan dapat saling melengkapi, maka keindahan dan perdamaian itu akan hadir. Bukankah taman yang berisi anekaragam bunga lebih indah dari pada taman yang isinya hanya satu jenis bunga?
Kita boleh saja mengagungkan pendapat dan keyakinan pribadi, asal saja kita tetap menghormati dan menghargai orang lain yang berbeda dengan kita. Kita tidak boleh memaksakan kehendak kita pada orang lain begitu saja. Tentu disini yang perlu ditekankan juga adalah kebebasan yang bertanggung jawab; bahwa bebas mengemukakan pendapat atau berekspresi itu tidak berarti bahwa bebas menghina orang lain.
Indonesia adalah negara yang sarat keanekaragaman budaya, suku, bahasa, ras, agama, dan sebagainya. Ada yang mayoritas di pulau atau di daerah tertentu, ada juga yang seimbang. Tentu tidak bisa dibayangkan jika Ibu Pertiwi kita ini rusak dan terpecah belah karena isu SARA; karena tidak menghargai satu sama lain.
Marilah kita berdoa khusus kepada Allah yang Maha Esa dalam masa Prapaskah ini:
Bagi Bapa Suci kita, Paus Fransiskus, Semoga agar senantiasa dilindungi dan diberi kebijaksanaan serta kekuatan dalam menggembalakan umat Allah.
Bagi Tanah Air Ibu Pertiwi kita, Indonesia, Semoga selalu dilimpahkan kedamaian dan kesejahteraan penuh hidup toleransi.
Bagi belahan dunia yang dilanda peperangan dan konflik sektarian, agama, politik dan ekonomi, Semoga akhirnya mereka semua yang bertikai menjadi sadar bahwa kekerasan tidak menghasilkan solusi dan perdamaian. Dan mereka pun kembali berangkulan penuh persaudaraan dan persatuan serta penghargaan satu sama lainnya.
Engkaulah satu-satunya Allah Penebus Dosa kami yang hidup dan berkuasa sepanjang segala masa. Amin. (Rk)

Menurut siaran pers Vatikan, tema Hari Komunikasi Sedunia 2015 berkesinambungan dengan pesan Tema Hari Komunikasi Sedunia 2014, “Komunikasi: Budaya perjumpaan yang sejati“, serta berkaitan dengan tema Sinode tentang Keluarga, yang baru saja berlangsung 5-19 Oktober 2014.
Berbagai berita melaporkan tentang adanya kesulitan yang dihadapi keluarga-keluarga saat ini. Sering kali, perubahan budaya tidak membantu kita menghargai bahwa betapa pentingnya keluarga.
“Hubungan antara para anggota keluarga dijiwai dan dibimbing oleh hukum ‘memberi secara sukarela’. Dengan menghormati dan memupuk martabat pribadi pada masing–masing anggota sebagai satu-satunya dasar nilai, sikap ‘memberi secara sukarela’ itu diwujudkan dalam sikap menerima setulus hati, perjumpaan dan dialog, sikap tersedia tanpa pamrih, pengabdian dengan kemurahan hati, dan sikap setiakawan yang mendalam” (Familiaris Consortio no. 43).
Hari Komunikasi Sedunia 2015 akan berlangsung pada 17 Mei dan akan merefleksikan tentang orang-orang yang “mungkin terluka dan kecewa, namun cinta di antara seorang pria dan seorang wanita merupakan sesuatu yang baik,” membiarkan “anak-anak tahu bahwa mereka adalah karunia yang paling berharga,” dan membantu ”memulihkan mereka yang terluka dan kecewa …menemukan kembali keindahan cinta”.
“Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa keluarga adalah tempat istimewa dimana kita mengalami keindahan hidup, sukacita dan rahmat kasih, saling menerima dan memberi, dan pertemuan dengan yang lain?”
Pernyataan itu menambahkan bahwa Gereja harus belajar kembali “bagaimana menunjukkan bahwa keluarga adalah karunia besar, sesuatu yang baik dan indah”.
“Ini adalah tugas menarik untuk menggerakkan orang melihat realitas sejati dari pribadi manusia, dan itu membuka pintu untuk masa depan, yaitu, untuk kehidupan.”
Hari Komunkasi Sedunia, satu-satunya perayaaan seluruh dunia sebagaimana diamanatkan oleh Konsili Vatikan II, setiap tahunnya selalu dirayakan di hampir semua negara. Ini berdasarkan rekomendasi para uskup sedunia dan biasanya dirayakan pada hari Minggu sebelum Pentakosta (17 Mei 2015).
Pesan Bapa Suci untuk Hari Komunikasi Sedunia secara tradisional diumumkan dalam rangka Pesta Santo Fransiskus da Sales, pelindung para penulis (24 Januari 2015)

Syalom dalam kristus,
Kami tidak mencetak renungan app ini dalam bentuk buku. Cara ini dilakukan untuk mengembangkan budaya menghargai lingkungan hidup. Silahkan download di sini untuk mengunduh renungan app 2015 untuk tingkat TK/SD/SMP/SMA/SMK KAJ 2015. Terima kasih. Tuhan berkati. Syalom.
Renungan APP Tingkat TK 2015
Renungan APP Tingkat SD 2015
Renungan APP Tingkat SMP 2015
Renungan APP Tingkat SMU/SMK 2015

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengutamakan guru agama mesti berwawasan inklusif, terlebih menyangkut pandangan perihal keragaman beragama yang dianut bangsa Indonesia.
“Selama ini minim sekali mereka (guru agama) memperoleh input berkenaan dengan bagaimanakah agama itu lebih ditonjolkan sisi-sisi substantifnya, esensinya, jadibukanlah ritual resmi keagamaannya saja. Lantaran ritual resmi masing-masing agama itu tidak sama, ” tutur Menag Lukman, seperti ditulis kemenag.go.id.
Menurut Menag, segi yang penting juga yaitu bagaimanakah tiap-tiap guru agama berkemampuan untuk mentransformasikan pengetahuan ke peserta didik berkenaan beberapa hal substantif, esensial dari agama, yakni memanusiakan manusia, yang jadi hakikat dari agama.
Bila mengajarkan, umpamanya, mengemukakan tauhid bahwa Tuhan itu Esa, semestinya tak sebatas doktriner Tuhan itu Esa. Menag Lukman memiliki pendapat, bahwa guru mesti dapat menuturkan keesaan Tuhan yang tidak terbatas serta terbatasnya manusia.
“Dengan langkah seperti itu, karena kita manusia adalah terbatas, jadi tak bisa diantara kita terasa paling benar, ” kata Menag.
Menag memberikan, yg tidak terbatas itu yaitu yang Maha Esa itu yang tanpa ada batas. Sesaat diluar yang Maha Esa itu seluruhnya mempunyai terbatasnya. Lantaran kita, sesama manusia, mempunyai terbatasnya, tak pada tempatnya bila kita juga sebagai manusia mengklaim diri paling benar.
Tentu saja dalam lingkup iman kita dapat merasa bahwa iman kita paling benar, tetapi berhadapan dengan keanekaragaman, maka sikap toleransilah yang diutamakan! “Dengan sikap demikianlah, toleransi serta tenggang rasa dibangun, kita dapat sama-sama menghormati serta dihormati, ” lanjut Menag.
Menjawab pertanyaan perihal ada arus “penolakan” pada salah satu ketetapan UU Sisdiknas di mana tiap-tiap sekolah mesti sediakan Guru Agama saat bakal diputuskan sebagai UU pada saat itu, Menag menyatakan, UU itu sesungguhnya mau memberi jaminan pada tiap-tiap warga negara, terutama yang masih tetap jadi siswa, untuk memperoleh pendidikan agama.
Prinsipnya, Menag menyatakan, tiap-tiap peserta didik tanpa ada kecuali memiliki hak memperoleh pendidikan, serta negara harus memberi pendidikan. Pendidikan disini termasuk juga pendidikan agama, hingga tiap-tiap instansi pendidikan itu berkewajiban memberi pendidikan agama sesuai dengan agama yang diyakini siswa.
“Itu keharusan, UU memerintahkan seperti itu. Jadi bila ada siswa beragama A, dia harus memperoleh pendidikan agama A, tak bisa agama B atau C. Guru yang mengajarkan pendidikan agama itu mesti seagama dengan agama yang di ajarkan. Jadi, tak dapat saya beragama Islam mengajarkan agama Kristen. Atau orang Kristen mengajarkan agama Hindu. Itu tak bisa, ” lebih Menag.
Itu seluruhnya ditata dalam UU Sisdiknas Nomer 20 Th. 2013 untuk memberi jaminan bahwa bukan sekedar anak yang usia belajar itu dapat memperoleh pendidikan agama, namun juga jaminan pendidikan agama yang didapatkan yang di terima oleh anak itu yaitu pendidikan agama yang benar lantaran didapatkan dari guru seiman.
“Karenanya, tiap-tiap instansi pendidikan mesti konsekwen dengan amanah UU itu, ” tegas Menag. (kemenag.go.id)