Home Blog

RENUNGAN HR TUBUH DAN DARAH KRISTUS, Minggu 22 Juni 2025

Bacaan Pertama, Kej 14:18-20

Melkisedek, raja Salem, adalah seorang imam Allah Yang Mahatinggi. Ketika Abram kembali dari kemenangannya atas beberapa raja, Melkisedek membawa anggur dan roti lalu memberkati Abram, katanya: ”Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu.” Lalu Abram memberikan kepada Melkisedek sepersepuluh dari semua jarahannya.”

Bacaan Kedua, 1Kor 11:23-26

Saudara- saudara terkasih, apa yang telah kuteruskan kepadamu ini telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah mengucap syukur atasnya; Ia membagi-bagi roti itu seraya berkata: ”Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagimu; perbuatlah ini untuk mengenang Daku!” Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: ”Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku. Setiap kali kamu meminumnya, perbuatlah ini mengenang Daku!”

Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.

Bacaan Injil, Luk 9:11b-17

Sekali peristiwa Yesus berbicara kepada orang banyak tentang Kerajaan Allah dan Ia menyembuhkan orang-orang yang memerlukan penyembuhan. Pada waktu hari mulai malam datanglah kedua belas murid-Nya kepada-Nya dan berkata: ”Suruhlah orang banyak itu pergi, supaya mereka pergi ke desa-desa dan kampung-kampung sekitar ini untuk mencari tempat penginapan dan makanan, karena di sini kita berada di tempat yang sunyi.” Tetapi Ia berkata kepada mereka: ”Kamu harus memberi mereka makan!” Mereka menjawab: ”Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua ikan, kecuali kalau kami pergi membeli makanan untuk semua orang banyak ini.” Sebab di situ ada kira-kira lima ribu orang laki-laki.

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ”Suruhlah mereka duduk berkelompok-kelompok, kira-kira lima puluh orang sekelompok.” Murid-murid melakukannya dan menyuruh semua orang banyak itu duduk. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya supaya dibagi-bagikannya kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian dikumpulkan potongan-potongan roti yang sisa sebanyak dua belas bakul.”

Renungan Padat

KENANGAN YANG MENGHADIRKAN

“Perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku”. Itulah pesan Paulus dalam suratnya pertama kepada umat di Korintus. Ia mengaku bahwa pesan ini ia terima dari Tuhan. Yang ia terima – itulah yang ia sampaikan kepada jemaat di Korintus. Pesan itu bukan buatanya sendiri. Tapi Tuhan yang menyuruhnya.

Di akhir suratnya, Paulus menegaskan: Setiap kali kamu makan roti dan dan minum cawan ini, kamu memberitakan wafat Tuhan. Jadi tindakan itu bukan sekedar makan dan minum biasa. Ekaristi bukan makan minum biasa seperti lazim kita lakukan. Ada yang kita kenangkan. Wafat Tuhan di kayu salib.

Tapi apakah Ekaristi hanya sekedar mengenang? Apakah sama seperti kenangan-kenangan indah yang bisa bangkit saat kita datang ke tempat tertentu atau melakukan hal yang dulu kita lakukan?

Pada jaman sekarang, sangat mudah untuk mendengar sebuah lagu. Hanya diperlukan gawai elektronik dan internet. Pilih lagu yang kita ingin dengarkan. Meski sudah mudah seperti itu, saya justru sedang senang memutar kembali kaset-kaset lama pada pemutar analog. Kaset-kaset berbentuk persegi dengan pita magnetik di dalamnya. Setiap kali saya membuka kaset dari kotaknya, memasukkannya ke pemutar analog, memencet tombol ‘play’ lalu menunggu sesaat dan terdengar lagu – seketika muncul kenangan sewaktu saya di sekolah dasar dan menengah dulu. Itu dulu saya lakukan saat masih remaja, sekitar 25-28 tahun lalu. Saya rela pulang sekolah dengan cepat untuk duduk di depan pemutar tape analog. Dengan serius mendengarkan lagu kesukaan sambil membolak balik kertas lirik lagu dalam bungkus kaset. Ah.. kenangan yang indah. Dan kenangan itu selalu hidup kembali dalam ingatan setiap kali saya melakukannya. Tidak perlu tekan tombol ‘search’ untuk mencari ingatan itu.

Apakah pengalaman yang sama dimiliki oleh anak-anak Gen Z atau Gen Alpha? Mereka yang hidup di zaman layanan musik streaming? Mungkin iya mungkin tidak. Kalau pun iya, mungkin hanya karna ingin tahu aja rasanya gimana. Bukan untuk mengenang apa yang dulu di zaman pemutar kaset itu sedang hits. Mungkin saat mereka lahir yang sudah ada adalah model compact disc.

Berbeda dengan kaset pita, Ekaristi bukan hanya menjadi kenangan yang hidup para murid di zaman dulu. Tapi juga bagi Paulus dan orang-orang Korintus. Padahal mereka tidak pernah mengalami perjamuan bersama Yesus seperti ke-12 rasul di malam sebelum Yesus ditangkap. Mereka hanya mendengar kisah itu dari generasi sebelumnya. Pun juga kita yang hidup di zaman sekarang. Hanya tau karena mendengar kisah bukan karena pengalaman sendiri. Tapi mengapa kita bisa merasakan kenangan yang sama?

Bisa jadi, Ekaristi menjadi kenangan yang hidup akan Yesus bagi kita di jaman lampau, kini dan masa mendatang. Ekaristi bukan kenangan akan Yesus pribadi maupun kisah-Nya. Tapi Ekaristi adalah kenangan atas apa yang Dia lakukan di kayu salib itu dihadirkan kembali. Dia wafat dan menumpahkan darah yang menebus dosa kita.

Itulah tindakan kasih yang menyentuh hati setiap orang. Jadi dalam Ekaristi, roti dan anggur bukan alat untuk menghadirkan kenangan akan Yesus. Tapi adalah Yesus sendiri, Tubuh dan Darah-Nya hadir dalam roti dan anggur itu. Yesus yang memberi jaminan itu dari Diri-Nya sendiri. “Inilah Tubuh-Ku” dan “Inilah Darah-Ku, Darah Perjanjian Baru”.

Tapi apakah Kristus hadir hanya dalam roti dan anggur itu?

Pada Perjanjian Lama, Imam – persembahan – dan rasa syukur masing-masing adalah entitas yang terpisah. Melkisedek membawa roti dan anggur bagi Abram sebagai ungkapan syukur kemenangan atas raja-raja sekitarnya.

Pada Perjanjian Baru Yesus menyempurnakan persembahan Melkisedek itu. Kristus menjadi imam – yang membawa diri-Nya sendiri sebagai persembahan kepada Allah – sebagai ungkapan syukur atas kemenangan-Nya taat pada perintah kehendak Allah. Pada Yesus, serentak Imam, Persembahan dan Ungkapan Syukur. Semuanya itu ia laksanakan dalam wafat-Nya pada kayu salib di Golgota. Hanya satu kali untuk selamanya. Namun, kenangan dan kehadiran itu harus terus diadakan. Sebab Yesus sendiri yang meminta-Nya, agar para murid yang menyediakan ‘mereka makan’.

Roti dan Anggur dibawa oleh Melkisedek untuk memberkati Abram. Di altar Golgota, Yesus membawa diri-Nya sendiri sebagai berkat untuk seluruh umat manusia. Kini, para murid membawa roti dan anggur ke altar Ekaristi, melalui martabat imamat umum yang dimiliki sejak pembaptisan. Roti dan Anggur adalah hasil bumi dan usaha manusia dibawa kepada Kristus untuk dijadikan Tubuh dan Darah-Nya sendiri berkat Roh-Nya. Semua persembahan ini dibawa ke surga dengan ucapan syukur bagi kehormatan dan kemuliaan Bapa. Lalu, dibagi-bagikan kepada seluruh umat yang hadir.

Apa yang terjadi di atas kita rayakan setiap kali Perayaan Ekaristi. Dan itu persis sama dengan apa yang dibuat Yesus dalam bacaan Injil hari ini. Ia mengambil bahan persembahan dari manusia, menengadah ke langit, mengucap syukur, memecah-mecahkan dan memberikan kepada murid-murid-Nya supaya dibagi kepada orang banyak.

Dalam Ekaristi, Kristus yang bertindak. Dia yang bersemayam dalam diri kita membawa persembahan. Dia yang ada dalam Imamat para Imam menerima persembahan itu. Dia, yang dalam Roh-Nya merubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya sendiri. Dia – yang dalam rupa sakramen – datang dan bersatu dengan kita. Dia yang ada dalam diri kita mengutus setiap dari kita membawa dan mewartakan Dia di dunia.

Dalam arti itulah, Ekaristi bukan hanya kenangan. Tapi Ekaristi adalah kehadiran Kristus benar-benar dalam keseluruhan perayaannya.

Semoga setelah kita menerima Tubuh dan Darah Kristus di gereja dalam Perayaan Ekaristi, begitu Imam mengutus “pergilah kita diutus” – Kita semua keluar dari gereja menjadi Kristus-Kristus baru – berjuang mengalahkan kejahatan dalam dunia dan menguduskannya.

RA

RENUNGAN MINGGU HR TRITUNGGAL MAHAKUDUS, 15 Juni 2025

Allah Tritunggal, saling melengkapi untuk mewujudkan kerahiman Allah yang memerdekakan. Sumber : http://www.catholicjournal.us/wp-content/uploads/Trinity-Sunday-1.jpg

Bacaan Pertama, Ams 8:22-31

“Tuhan telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada. Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air. Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir; sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama. Ketika Ia mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya, ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras, ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi, aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya; aku bermain-main di atas muka bumi-Nya dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku.”
‭‭

Bacaan Kedua, Rom 5:1-5

Saudara-saudara terkasih, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
‭‭

Bacaan Injil, Yoh 16:12-15

Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku.

Renungan Padat

Rekan-rekan terkasih dalam Kristus. Perjalanan iman kita dalam Kalender Liturgi begitu kaya. Setelah masuk dalam pengalaman Paskah, kita dibantu dipersiapkan oleh Kisah Para Rasul bagaimana Roh Kudus menyertai Gereja spanjang zaman. Puncaknya kita rayakan minggu lalu pada Hari Raya Pentakosta. Lengkap sudah pewahyuan Allah dalam Tiga Pribadi itu. Bapa Putera dan Roh Kudus. Maka Minggu ini kita merayakan Tiga Pribadi Allah – dalam Hari Raya Tritunggal Mahakudus.

Bagi anda yang masih kebingungan memahami Allah Tritunggal, jangan khawatir. Anda tidak sendiri. Buka akal dan hati anda lebar-lebar. Jangan terjebak dengan paham-paham yang anda temukan di media sosial – apalagi opini-opini liar dari mereka yang tidak mengimani.

Istilah “Allah” bukanlah nama. Bukan juga pribadi. “Allah” adalah Nature (hakikat). Sedangkan “Pribadi” yang memiliki hakikat sama adalah Bapa, Firman-Nya dan Roh-Nya. Ketiganya ada dalam satu hakikat Allah, namun berbeda secara pribadi. Bapa bukan Firman-Nya, juga bukan Roh-Nya. Tapi mereka satu.

Itu seperti anda yang seorang manusia. Anda memiliki Tubuh (badan fisik) yang menjadikan anda mahkluk materi dan inderawi. Anda juga memiliki Roh yang membuat anda hidup. Sekaligus juga anda memiliki Jiwa (kehendak pikiran yang terarah). Tubuh bukan jiwa dan bukan roh, pun juga kalau dibalik-balik. Tetapi mereka tetap satu – ada dalam hakikat manusia yaitu anda. Ketiganya mesti diperhatikan agar manusia tumbuh secara utuh. Ketiganya diberi makan supaya manusia hidup seimbang. Tubuh diberi makanan jasmani. Roh diberi makanan Rohani. Dan jiwa diberi makanan nilai-nilai keutamaan kemanusiaan.

Sedangkan “Allah” – tidak punya tubuh. Memang demikian hakikat-Nya, non-jasmani. Tapi Allah memiliki jiwa – kita temukan dalam Firman-Nya, dan juga Roh-Nya. Ketiganya berbeda, tapi dalam satu hakikat. Ketiganya bersama-sama kita puji dan muliakan. Tidak hanya salah satu atau salah dua. Tapi ketiganya kita sembah dan muliakan bersama-sama. Akan menjadi tidak konsisten iman kita kalau: memuji memuliakan Bapa, tapi tidak taat pada firman-Nya, atau bahkan tidak hidup dipimpin Roh-Nya. Banyak umat beragama seperti itu? Banyak.

Kapan kita menggunakan rumusan Allah Tritunggal? Yakni ketika kita memberkati. Berkat Allah dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Berkat untuk diri kita sendiri saat membuat tanda salib. Berkat untuk orang lain – saat kita memberkati mereka dan membubuhkan tanda salib. Siapa yang memberkati? Kita? bukan.. tapi Allah Tritunggal yang kita terima dan diam di dalam diri kita.

RA

 

‭‭

RENUNGAN MINGGU HR PENTAKOSTA, 8 Juni 2025

Bacaan Pertama, Kis 2:1-11

Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk. Lalu tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus. Lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diilhamkan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.

Waktu itu di Yerusalem berkumpul orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka. Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: ”Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.

Bacaan Kedua, Rom 8:8-17

“Saudara-saudara, mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. Dan jika Roh Allah, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.

Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.

Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ”ya Abba, ya Bapa!” Roh itu memberi kesaksian bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan kalau kita ini anak, berarti juga adalah ahli waris, sama seperti Kristus. Artinya kita berhak menerima janji-janji Allah seperti Kristus;  dan jika kita menderita bersama dengan Kristus, kita juga akan dipermuliakan bersama dengan Dia.”
‭‭
Bacaan Injil, Yoh 14:15-16.23b-26

Pada perjamuan malam terakhir, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya. Jika seorang mengasihi Aku, Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”
‭‭

Renungan Singkat

Membaca sabda Tuhan hari ini membuat saya teringat akan dosa manusia masa lalu, yang membuat umat manusia tercerai berai – dan bahasanya dikacaukan. Kisah tentang Menara Babel. Seluruh manusia awalnya dalam satu bahasa berencana membangun menara sampai menggapai langit. Allah melihat itu tidak baik. Lalu manusia diserakkan dan disebar oleh Allah sampai ke ujung bumi. Make sense? 

Menarik bagaimana hari ini, di tengah perbedaan bahasa ‘hasil’ dari pekerjaan Allah dulu, semuanya disatukan lagi oleh bahasa Roh. Bahasanya tidak dijadikan sama – semua orang berbahasa yang sama. Bahasa tetap berbeda-beda, tetapi Roh memampukan seseorang berkomunikasi dengan orang lain yang tidak sebahasa dengannya. 

Banyak orang berlatarbelakang berbeda dapat disatukan dengan bahasa. Bahasa yang dimaksud tentu tidak hanya sempit pada kata-kata lisan yang keluar dari bibir. Tapi juga dalam tindakan kasih – kebaikan yang akhirnya menyatukan banyak orang. 

“Kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah”.

Kita bersyukur atas anugrah ini. Berkat Roh Kudus yang dicurahkan, kita memiliki satu bahasa – yakni bahasa kasih. 

RA

RENUNGAN MINGGU PASKAH VII, 1 Juni 2025

Bacaan Pertama, Kis 7:55-60

Di hadapan Mahkamah Agama Yahudi, Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: ”Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.”

Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: ”Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: ”Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Dan dengan perkataan itu meninggallah Stefanus. 


Bacaan Kedua, Why 22:12-14, 16-17.20

Aku, Yohanes, mendengar suara yang berkata kepadaku, ”Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.”

Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu. ”Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.”

Roh dan pengantin perempuan itu berkata: ”Marilah!” Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: ”Marilah!” Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma! Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: ”Ya, Aku datang segera!” Amin, datanglah, Tuhan Yesus!”
‭‭

Bacaan Injil, Yoh 17:20-26

Dalam perjamuan malam terakhir, Yesus menengadah ke langit dan berdoa bagi pada pengikut-Nya, “Bapa yang kudus, bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.

Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.

Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.”‬‬

Renungan Singkat

Saudara-saudari, kita sampai di penghujung masa Paskah. Masih ingat pada minggu lalu, Yesus memberikan damai-Nya kepada kita. Bukan seperti damai yang diberikan dunia. Damai yang Ia berikan merupakan buah dari terbentuknya kesatuan. Kesatuan yang dilandaskan pada sikap saling mengasihi (paskah V). Mengasihi adalah membuka hati, menyerahkan diri bagi yang lain. Seperti Allah membuka hatinya juga buat kita, kita pun diundang dalam kesatuan itu.

Minggu ini, Yesus berdoa kepada Bapa agar murid-murid-Nya terus berada dalam kesatuan itu. Juga untuk siapapun yang percaya karena pemberitaan murid-murid. Itu berarti kesatuan untuk seluruh murid Kristus – sepanjang zaman sampai selama-lamanya – sepanjang nama Yesus diwartakan dan dimuliakan. Kesatuan antar jemaat melambangkan Kesatuan Yesus dan Bapa dalam Roh yang sama. 

Maka tepat jika kita mengingat kata sambutan Paus Leo XIV di awal beliau terpilih menjadi Paus. Dua tema besar yang beliau angkat – juga menjadi moto Kepausannya – yakni Damai dan Kesatuan. “In Illo Uno Umum” – Dalam Dia yang satu, Kita adalah satu. Kesatuan yang tercipta bukan karena paksaan, ancaman, ketakutan atau agresi penundukan. Tapi tercipta karena anggotanya satu sama lain saling mengasihi, saling menerima, saling membuka hati dan menyerahkan diri bagi yang lain. 

RA

RENUNGAN MINGGU PASKAH VI, 25 Mei 2025

Bacaan Pertama, Kis 15:1-2.22-29

Sekali peristiwa beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: ”Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.” Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu.

Pada akhir sidang di Yerusalem, rasul-rasul dan penatua-penatua beserta seluruh jemaat itu mengambil keputusan untuk memilih dari antara mereka beberapa orang yang akan diutus ke Antiokhia bersama-sama dengan Paulus dan Barnabas, yaitu Yudas yang disebut Barsabas dan Silas. Keduanya adalah orang terpandang di antara saudara-saudara itu. Kepada mereka diserahkan surat yang bunyinya: ”Salam dari rasul-rasul dan penatua-penatua, dari saudara-saudaramu kepada saudara-saudara di Antiokhia, Siria dan Kilikia yang berasal dari bangsa-bangsa lain. Kami telah mendengar, bahwa ada beberapa orang di antara kami, yang tiada mendapat pesan dari kami, telah menggelisahkan dan menggoyangkan hatimu dengan ajaran mereka. Sebab itu dengan bulat hati kami telah memutuskan untuk memilih dan mengutus beberapa orang kepada kamu bersama-sama dengan Barnabas dan Paulus yang kami kasihi, yaitu dua orang yang telah mempertaruhkan nyawanya karena nama Tuhan kita Yesus Kristus. Maka kami telah mengutus Yudas dan Silas, yang dengan lisan akan menyampaikan pesan yang tertulis ini juga kepada kamu.

Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini: kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat.””

Bacaan Kedua, Why 21:10-14.22-23

Di dalam roh, aku, Yohanes dibawa ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal. Dan temboknya besar lagi tinggi dan pintu gerbangnya dua belas buah; dan di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua belas malaikat dan di atasnya tertulis nama kedua belas suku Israel. Di sebelah timur terdapat tiga pintu gerbang dan di sebelah utara tiga pintu gerbang dan di sebelah selatan tiga pintu gerbang dan di sebelah barat tiga pintu gerbang. Dan tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar dan di atasnya tertulis kedua belas nama kedua belas rasul Anak Domba itu. Dan aku tidak melihat Bait Suci di dalamnya; sebab Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya, demikian juga Anak Domba itu. Dan kota itu tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya.

Bacaan Injil, Yoh 14:23-29

Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ”Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.

Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi.”
‭‭

RENUNGAN SINGKAT

Ada sebuah pertanyaan menarik. Bagaimana caranya kita mengetahui bahwa gerakan roh yang datang itu adalah gerakan roh yang benar. Apakah batin kita digerakkan oleh Roh Kudus? Nah, ini orang harus sadar dan mengerti standarnya. 

Dari Sabda Tuhan Minggu Paskah VI ini kita dibantu mengenali tanda-tanda apa yang digerakkan oleh Roh yang benar. Pertama-tama, yang harus dipahami adalah bahwa Roh yang benar selalu membawa kita kepada Firman yang benar. Yesus Kristuslah Firman yang benar. Dan membawa kita pemuliaan dan penghormatan kepada Bapa. 

Sebaliknya, yang bukan Roh Kudus akan membuat kita menjauhi Kristus dan Bapa. Kalau hari ini Yesus menganugerahkan damai, maka Roh yang benar akan menggerakkan kita untuk selalu mengupayakan damai sejahtera, bukannya keributan, kericuhan dan ketidakteraturan. 

Contoh paling nyata dalam upaya damai ini ada pada bacaan pertama. Jemaat perdana Yerusalem menjumpai situasi konflik, ada beberapa dari mereka yang menjadikan sunat sebagai syarat keselamatan bagi orang-orang non Yahudi di Antiokhia. Akibatnya terjadi perdebatan sana sini. Paulus dan Barnabas diutus ke Yerusalem untuk menyelesaikan masalah ini. Rasul Yakobus yang menjadi uskup Yerusalem mengambil keputusan untuk tidak membebankan sunat bagi orang Antiokhia. Jemaat perdana selalu mengarahkan diri pada damai dan keteraturan.

Kita bertanya juga, apakah dirimu juga terarah pada damai dan ketertiban? Atau sebaliknya, hati kita masih dipenuhi dengan konflik, pertengkaran dan perselisihan?

RA

 

TEMU PASTORAL (TEPAS) KAJ 2025 – Keutuhan Alam Ciptaan

Vikjen KAJ Rm Samuel berfoto dengan salah satu narsum Tepaskaj, Tim dari P3KR

Via Renata

Pada tanggal 19-21 Mei 2025 (Senin-Rabu) Keuskupan Agung Jakarta kembali mengadakan acara tahunan Temu Pastoral Keuskupan di Via Renata, Cimacan. Pertemuan ini diadakan dua gelombang dan dihadiri oleh Para Imam yang bertugas di wilayah Keuskupan Agung Jakarta.

Tahun 2025 ini, TEPAS mengambil tema Arah Dasar KAJ untuk tahun 2026 yaitu Keutuhan Alam Ciptaan. Tema ini masih menjadi salah satu tema dan rangkaian tema ardas 2022-2026 yang mengajak kita untuk mengamalkan Ajaran Sosial Gereja. Tema ardas 5 tahun ini juga menjadi kelanjutan dari Arah Dasar Lima Tahun sebelumnya ‘Amalkan Pancasila’. 

Tim Pengarah TEPAS yang dikoordinasi oleh Rm Yus Ardianto Pr menyiapkan narasumber dari berbagai macam profesi. Mereka diundang untuk memberi input dan inspirasi bagi para imam yang hadir. Di antara mereka adalah Romo Dr. Andreas Atawawolo OFM yang memberi pendasaran Teologis dari ensiklik Laudato Si. Juga ada Ibu Angela de Merici Katherine PHD dari Indonesia Internasional Institute for Life Science. Prof. Dr. Ir. T. Ezni Balqiah M.E, M.H yang menjelaskan tentang Prinsip dasar Ekonomi Sirkular. Dan juga beberapa narasumber lain yang sungguh pada kali ini memancing para peserta untuk merancang gerakan-gerakan inspiratif di Keuskupan Agung Jakarta. 

Bapa Uskup Ignatius Kardinal Suharyo memberikan kenang-kenangan kepada narasumber Ibu Prof Ezni Balqiah.

Pada sesi terakhir para imam berkumpul menurut dekenatnya berdiskusi dan berdiskresi mencari gerakan-gerakan tema Keutuhan Alam Ciptaan. 

Para Imam Dekenat Pusat sedang berdiskusi dan berdiskresi

Pada sesi penutup di hari ketiga Bapak Uskup Ignatius Kardinal Suharyo memberikan Input dan Inspirasinya. Salah satu hal yang disyukuri beliau adalah bahwa gerakan arah dasar KAJ sejak tahun ardas 5 tahun sebelumnya hingga sekarang rupanya terdengar dan ditanggapi oleh banyak tokoh penting di luar Gereja Katolik. Sehingga banyak juga tokoh-tokoh itu tergerak untuk berkolaborasi dengan Gereja. Gereja tidak lagi asik dengan dirinya sendiri tapi juga bergerak keluar menjadi tanda pengharapan bagi dunia khususnya di wilayah penggembalaan Keuskupan Agung Jakarta.

Temu Pastoral KAJ gelombang dua akan dilaksanakan tanggal 26-28 Mei 2025 di tempat yang sama dengan peserta para imam di KAJ yang belum hadir di gelombang pertama. Juga mengambil tema yang sama dengan pembicara yang sama. 


RA

BONUM COMMUNE FORUM Serial 3: “Perempuan Indonesia Merajut Solidaritas Bersama”

BONUM COMMUNE FORUM

Serial 3:
“Perempuan Indonesia Merajut Solidaritas Bersama”

Keynote Speech:
Ibu Inaya Wulandari Wahid (CEO Positive Movement/ Seniman dan Aktivis)

Pembicara:
* Ibu Sumini (Mpu Uteun/ Ketua Lembaga Pengelola Hutan Kampung Damaran)
– Sr. Laurentina, PI (Suster “Cargo”)
– Ibu Octavia Wuri (Founder Sekolah Tanpa Batas)

Penanggap:
– Ibu Karlina Supeli (Dosen Pasca Sarjana STFT Driyarkara)
– Bapak Andar Nubowo, PhD (Direktur Ma’arif Foundation)

Moderator:
Bapak Wisnu Nugroho (VP Sustainability KG Media)

⛪ Tempat : GRHA PEMUDA, Lantai 4, Jl. Katedral, Jakarta Pusat
🗓 Hari/Tanggal : Sabtu/ 24 Mei 2025
⏰ Waktu : Pk 09.00 – Pk 11.45

Link Pendaftaran :
bit.ly/BonumCommune3
Hanya untuk peserta terbatas
Pendaftaran akan ditutup tanggal 22 Mei 2025 atau jika kuota sudah PENUH terlebih dahulu

Biaya pendaftaran (pengganti konsumsi) ditransfer ke:
BCA 5440343343 atas nama Keuskupan Agung Jakarta
Rp. 50.001/ orang (mohon ditambah angka 1)
*Harap menuliskan nama peserta di kolom berita transfer

Informasi (WA ONLY):
wa.me/+6287877890393 (Jeanette)
‪+6282122525401‬ (Susanna)
‪+6285282066503‬ (Marlin)

JADILAH PEZIARAH YANG PENUH IMAN, HARAPAN DAN KASIH

Hidup adalah sebuah perjalanan dan Tuhan adalah bintang pedoman yang menuntun jalan kehidupan kita. Hendaklah kita selalu bersyukur atas kesehatan, panjang umur yang membuat hidup lebih berarti. Walaupun terkadang ada rasa ketakutan yang dihadapi  yaitu takut gagal, takut ditolak, takut miskin, takut sakit dan takut mati. Tetaplah bersyukur dalam segala hal.

Demikian Rekoleksi Pengurus Komunitas Pastoral Adiyuswo Simeon Hana KAJ dengan tema “Jadilah Peziarah yang Penuh Iman, Harapan dan Kasih” disampaikan narasumber Romo Aloysius Susilo Wijoyo, Pr. Acara ini diselenggarakan pada hari Sabtu, 10 Mei 2025 bertempat di Haheho Ballroom Samadi Klender Jakarta Timur.

Romo Aloysius Susilo Wijoyo yang akrab dengan panggilan Romo Joy sebagai  Romo Moderator Komunitas Lansia Simeon Hana Keuskupan Agung Jakarta yang mendampingi 62 Paroki dari 69 Paroki di Keuskupan Agung Jakarta.  Rekoleksi ini diikuti dihadiri 250 orang dari pengurus dari 62 Paroki, Pengurus 9 Dekenat dan Pengurus Simeon Hana Kaj beserta tamu undangan lainnya.

YOUTUBE: Simeon Hana Keuskupan Agung Jakarta

Pada rekoleksi ini diisi sesi diskusi kelompok dari tiap dekenat dengan menjawab pertanyaan :

  • Apa perasaanku terkini di Tahun Yubileum ?
  • Faktor apa yang membuat iman, harapan & kasih melemah atau tidak semangat ?
  • Faktor iman, harapan dan kasi hapa yang menguatkan?
  • Apa harapanku di komunitas lansia di paroki/dekenat/pusat?

Acara berlangsung meriah dan penuh kegembiraan, diharapkan dapat menyegarkan iman, menambah wawasan dan mempererat persaudaraaan antar Pengurus Lansia se KAJ. Sehingga pelayanan dapat terus ditingkatkan terutama kepada sesama lansia yang membutuhkan.

Meskipun lansia tetapi kita tetap berpengharapan dan terus berkarya dengan penuh semangat melayani. “Lansia tidak ada yang salah” ujar bpk Rustiadji Ketua Umum Komunitas Lansia Simeon Hana KAJ dalam sambutannya.

Acara ditutup dengan Misa Syukur yang dipersembahkan oleh Romo Susilo Wijoyo, Pr dengan melibatkan jajaran pengurus sebagai petugas liturgi. Terima kasih atas kehadiran dan partisipasi dalam penyelenggaraan rekoleksi ini.

 

Penulis

Atiek

Humas Komlan Simeon Hana KAJ

RENUNGAN MINGGU PASKAH V, 18 Mei 2025

 

Bacaan Pertama, Kis 14:21b-27

Sekali peristiwa kembalilah Paulus dan Barnabas ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara. Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka.

Mereka menjelajah seluruh Pisidia dan tiba di Pamfilia. Di situ mereka memberitakan firman di Perga, lalu pergi ke Atalia, di pantai. Dari situ berlayarlah mereka ke Antiokhia; di tempat itulah mereka dahulu diserahkan kepada kasih karunia Allah untuk memulai pekerjaan, yang telah mereka selesaikan. Setibanya di situ mereka memanggil jemaat berkumpul, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka, dan bahwa Ia telah membuka pintu iman bagi bangsa-bangsa lain.
‭‭

Bacaan Kedua, Why 21:1-5a

Aku, Yohanes, melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.

Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: ”Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: ”Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!” Dan firman-Nya: ”Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar.””
‭‭

Bacaan Injil, Yoh 13:31-33a.34-35

Dalam perjamuan malam terakhir, sesudah Yudas meninggalkan ruang perjamuan, berkatalah Yesus: ”Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera.

Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
‭‭

Renungan Singkat

RUMAH

Dalam dua minggu sebelumnya kita selesai merenungkan tentang gembala dan domba. Kita melangkah pada Minggu Paskah V. Hari ini kita mendengarkan Yesus memberi perintah pamungkas, sebelum dia dipermuliakan di kayu salib. Perintah kasih. Perintah Yesus jelas.

“Supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi, demikian pula kamu harus saling mengasihi”.

Muncul dalam refleksi saya, mengapa Ia memberikan perintah ini. Supaya di antara para murid (komunitas jemaat) saling mengasihi? Apa pentingnya?

Pertama, penting – kata Yesus – menjadi tanda bahwa kita adalah murid-murid-Nya. Murid-murid yang saling mengasihi menjadi tanda hadirnya Kristus di tengah-tengah mereka. 

Kedua, kita memerlukannya. Kita harus sadar, suka tidak suka, kita membutuhkan kasih. Dari mana itu didapat? Ya, komunitas yang saling mengasihi. Komunitas kasih ini adalah “rumah”. Darinya kita merasakan kepenuhan kasih sehingga siap diutus menghadapi dunia. Dan kepadanya kita kembali untuk beristirahat, bercerita dengan jujur dan mengalami kehangatan pelukan penerimaan.

Komunitas kasih semacam ini menghadirkan Kristus. “Supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku mengasihi”. Sebab dari pada-Nya kita dipilih, diberkati dan dipenuhi dengan kelimpahan, dan diutus. Dan setelah perjuangan di dunia ini, Kristus adalah rumah, tempat kita beristirahat, bercerita dan tinggal dalam kehangatan pelukan kerahiman-Nya.

Kekurangan atau bahkan kehilangan pengalaman ini, akan menjadi sumber masalah. Seorang bisa jadi mempunyai tempat tinggal, tempat tidur, tapi tidak memiliki “rumah” yang demikian. Dan secara tidak sadar, orang tidak memiliki bekal yang baik untuk menghadapi dunia, mudah terombang-ambing dan kehilangan arah. Bahkan tidak tahu harus pulang ke mana? Karna orang itu tidak pernah merasakan “rumah” – akan selalu mencari-mencari tanpa henti sampai kehilangan dirinya sendiri. 

Di jawa barat, anak-anak nakal dimasukan ke barak militer supaya merasakan kehadiran ‘rumah’. Ketika ditanya salah satu dari mereka, juga mengakui, bahwa orangtuanya juga jarang di rumah. Anak-anak ini kehilangan arah, mencari pemenuhan kasih dengan cara yang kurang tepat – yang mengarah pada mencari pengakuan, kehormatan dalam kenakalan-kenakalan.

Paulus dan Barnabas dapat kekuatan itu dari komunitas kecil mereka di Antiokhia. Komunitas di mana mereka diterima, diteguhkan dan diutus.

“Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus. Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: ”Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.” Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi.”
‭‭Kisah Para Rasul‬ ‭13‬:‭1‬-‭3‬ ‭TB‬‬

Paulus tidak dapat itu di Yerusalem. Ia ditolak di sana, karena pernah menjadi orang yang mau membinasakan jemaat. Tapi di Paulus di terima oleh Barnabas, dan juga oleh Jemaat di Antiokhia. 

Karena itu Paulus dan Barnabas tau selama mereka diutus  dan mengalami berbagai macam hal bahkan sampai dianiaya hampir mati – mereka punya ‘rumah’ untuk pulang – dan menceritakan segala hal tentang apa yang mereka alami. Bahwa Allah telah membuka pintu iman bagi bangsa-bangsa lain.

Yohanes juga mendapat wahyu, tentang Yerusalem surgawi. Allah hadir di tengah-tengahnya. Yerusalem surgawi adalah ‘rumah’ terakhir kita. Tidak ada perkabungan, ratap tangis atau dukacita, sebab yang lama telah berlalu. Komunitas macam itu yang menjadi harapan kita.

RA. 

RENUNGAN MINGGU PASKAH IV, 11 Mei 2025

BACAAN PERTAMA, Kis 13:14.43-52

Pada suatu hari Paulus dan Barnabas melanjutkan perjalanan dari Perga, lalu tiba di Antiokhia di Pisidia. Pada hari Sabat mereka pergi ke rumah ibadat, lalu duduk di situ.

Setelah selesai ibadah, banyak orang Yahudi dan penganut-penganut agama Yahudi yang takut akan Allah, mengikuti Paulus dan Barnabas; kedua rasul itu mengajar mereka dan menasihati supaya mereka tetap hidup di dalam anugerah Allah.

Pada hari Sabat berikutnya berkumpullah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman Tuhan. Akan tetapi, ketika orang Yahudi melihat orang banyak itu, penuhlah mereka dengan iri hati dan sambil menghujat, mereka membantah apa yang dikatakan oleh Paulus.

Tetapi dengan berani Paulus dan Barnabas berkata, “Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Sebab inilah yang diperintahkan Tuhan kepada kami, Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi.”

Mendengar itu bergembiralah semua orang dari bangsa-bangsa lain dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya. Lalu firman Tuhan disebarkan di seluruh daerah itu. Tetapi orang-orang Yahudi menghasut perempuan-perempuan terkemuka yang takut akan Allah dan pembesar-pembesar di kota itu. Mereka menimbulkan penganiayaan atas Paulus dan Barnabas dan mengusir mereka dari daerah itu. Akan tetapi, Paulus dan Barnabas mengebaskan debu kaki mereka sebagai peringatan bagi orang-orang itu, lalu pergi ke Ikonium. Murid-murid di Antiokhia tetap penuh dengan sukacita dan dengan Roh Kudus.
‭‭
BACAAN KEDUA, Why 7:9.14b-17

Aku Yohanes, mendapat penglihatan sebagai berikut: Nampaklah suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat dihitung jumlahnya, dari segala bangsa dan suku dan umat dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.

Lalu seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku, “Mereka ini orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba. Karena itu, mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka. Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.””
‭‭
BACAAN INJIL, Yoh 10:27-30

Pada suatu hari Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar daripada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.

Renungan Singkat.

Saudara-saudari terkasih, kegembiraan seketika meliputi hati saya saat membaca dan merenungkan Sabda Tuhan hari ini. Selain itu, pada Minggu Paskah IV ini kita juga merayakan Hari Minggu Panggilan Sedunia.  

Minggu lalu (MP III) kita mendengar perintah Yesus kepada Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Pertanyaan berikutnya, siapa itu yang termasuk domba-domba-Nya?

Hari ini kualifikasinya menjadi jelas. Para Domba Kristus, adalah mereka yang mendengar suara-Nya, menjawab ya, dan datang. Membiarkan suara Tuhan yang membimbing mereka. Tuhan memanggil semua dengan suara-Nya, tapi tidak semua orang menanggapi dan datang.

Dalam bacaan kedua, Paulus dan Barnabas sampai di Antiokhia di Pisidia. Di Rumah Ibadat itu mereka mengajar dan banyak orang mengikuti mereka. Tapi, di hari Sabat berikutnya beberapa dari orang Yahudi itu iri hati dan menolak mereka. Sejak awal Tuhan bersabda kepada mereka juga, tapi mereka menolak panggilan itu. Maka, Paulus dan Barnabas beralih mewartakan suara Tuhan kepada mereka yang layak menerimanya, yakni ‭bangsa-bangsa lain. 

Domba-domba yang mau datang, mendengarkan suara-Nya disatukan dalam relasi kudus dalam Bapa dan Putra, dalam satu Roh yang sama. Bapa dan Kristus adalah satu, Kristus dan domba-domba-Nya juga satu. 

RA

Terbaru

Populer