Home Blog Page 3

RENUNGAN MINGGU PRAPASKAH V, TAHUN C 6 APRIL 2025

Bacaan Pertama, Yes 43:16-21

‘Tuhan telah membuat jalan melalui laut dan melalui air yang hebat. Ia telah menyuruh kereta dan kuda keluar untuk berperang, juga tentara dan orang gagah – mereka terbaring, tidak dapat bangkit, sudah mati, sudah padam sebagai sumbu –, Beginilah Firman Tuhan yang melakukan semuanya itu, ”Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala! Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara. Binatang hutan akan memuliakan Aku, serigala dan burung unta, sebab Aku telah membuat air memancar di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara, untuk memberi minum umat pilihan-Ku; umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku.” ‘

Bacaan Kedua, Flp 3:8-14

Saudara-saudara, Segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.

Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.

Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.

Bacaan Injil, Yoh 8:1-11

Sekali peristiwa Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.

Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: ”Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya.

Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: ”Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: ”Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: ”Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: ”Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” ‘

Renungan Singkat

Telah dua minggu sebelumnya berturut-turut hati kita diketuk oleh belaskasih dan kerahiman Allah melalui apa yang disabdakan Yesus. Allah tidak menghendaki kita binasa. Dan lewat perumpamaan Bapa yang murah hati, kita disadarkan betapa murah hatinya Allah itu berhadapan dengan kedegilan hati kita. Kemurahan hati Allah mengundang kita yang hilang ini untuk kembali dan hidup dalam sukacita bersama-Nya. Keyakinan ini menjadi hidup dialami betul oleh perempuan yang dihakimi berdosa. Ia hendak dihukum sesuai dengan hukum Musa baginya yaitu dilempari batu sampai mati.

Tapi, di hadapan Yesus, hukum Musa digenapi dengan hukum cinta kasih dan pengampunan. Yesus bertindak sebagai hakim yang adil sekaligus berbelas kasih. Bagi Allah, setiap jiwa berharga. Setiap kehidupan pantas dibela. Tapi, setelah itu apa?

“Pergilah, jangan berbuat dosa lagi” demikian perintah Yesus kepada sang perempuan itu. Jangan sia-siakan belaskasih yang telah Allah limpahkan.

Paulus sendiri menjadi pribadi baru setelah ia mengalami Kristus. Yang lain dianggapnya tak berarti. Yang lain sampah. Tujuannya, energinya, fokusnya, cita-citanya kini hanya satu saja. “Mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.”

Jadi kamu gimana?

RA

Renungan Minggu Prapaskah IV, Tahun C, 30 Maret 2025

Bacaan Pertama, Yos 5:9a.10-12
Sekali peristiwa, setelah Yosua selesai menyunatkan seluruh bangsa, berfirmanlah Tuhan kepada Yosua: ”Hari ini telah Kuhapuskan cela Mesir itu dari padamu.”

Sementara berkemah di Gilgal, orang Israel itu merayakan Paskah pada hari yang keempat belas bulan itu, pada waktu petang, di dataran Yerikho. Lalu pada hari sesudah Paskah mereka makan hasil negeri itu, yakni roti yang tidak beragi dan bertih gandum, pada hari itu juga. Pada keesokan harinya setelah mereka makan hasil negeri itu, manna tidak turun lagi. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, tetapi dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan. ‘

Bacaan Kedua, 2Kor 5:17-21
Saudara-saudara, barangsiapa ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru. Yang lama telah berlalu, dan sungguh yang baru sudah datang. Semuanya ini datang dari Allah, yang telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dengan perantaraan Kristus dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.

Jadi kami ini adalah utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami. Dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.’

Bacaan Injil, Luk 15:1-3.11-32
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: ”Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.”

Maka Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: ”Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.

Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.

Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.

Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.

Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.

Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”’

Renungan Singkat

Hidupmu jauh lebih berharga dari apapun di muka bumi ini. Kalimat itulah yang ingin Tuhan sampaikan kepada kita melalui bacaan-bacaan Minggu Prapaskah IV hari ini. 

Allah kerahiman dan belaskasih-Nya tanpa batas. Sebanyak apapun dosa dan kesalahan yang kita buat, tak penting. Bodo amat. Yang lebih penting bagi-Nya adalah kita hidup, sehat dan selamat. Sudah cukup bagi-Nya. 

Kisah tentang Anak yang Hilang, atau lebih tepat kisah tentang Bapa yang baik hati menggambarkan hati suci Allah yang Mahakudus yang menerima kembali siapapun anak yang sempat meninggalkan diri-Nya.

Sang Bapa telah mengorbankan banyak hal demi kepentingan pribadi anak-anaknya. Si anak bungsu, sejak awal telah menganggap ayahnya mati dengan meminta bagian warisan yang menjadi haknya. Warisan merupakan harta kekayaan yang didapat gratis begitu saja tanpa kerja keras. Apa yang didapat dengan mudah akan cepat hilang juga dengan mudah. Si Anak bungsu jatuh juga pada momen itu. Harta warisan itu ‘dengan mudah’ disia-siakan, dihambur-hamburkan bersama orang-orang lain tak dikenal sampai akhirnya ia jatuh miskin, dan harus ‘bekerja’ untuk bisa makan. Apa yang tadinya merupakan rahmat cuma-cuma lantas ia sia-siakan. 

Saat sang anak bungsu kembali, Bapa dengan sukacita menyambutnya kembali. Bahkan Bapa tanpa perhitungan mengadakan pesta besar-besaran untuk anak yang telah menyia-nyiakan hartanya. Tapi bagi sang Bapa, harta tak penting. Yang lebih penting anaknya kembali dalam keadaan sehat dan hidup. Inilah kabar gembira. Bagi Allah, hanya hidup dan keselamatan kitalah yang terpenting, bukan yang lainnya. 

Kabar ini menjadi penting, sehingga setiap orang yang diberi kuasa dan wewenang dipercaya untuk ambil bagian dalam pewartaan ini. Paulus menekankan itu dalam bacaan kedua. Allah telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dalam wafat dan kematian Kristus. Dan semua itu terjadi berkat inisiatif Allah yang mau mencintai kita terus tanpa syarat. 

Allah tidak butuh kita mencintai Dia. Tapi Dia butuh kita membuka hati untuk menerima cinta-Nya. 

RA

SUKACITA DALAM PENGHARAPAN: Rekoleksi Komunitas Lansia Simeon Hana Dekenat Tangerang I

Rekoleksi Komunitas Lansia Simeon Hana

Siapakah yang disebut lansia ?

Lansia adalah setiap orang yang memasuki fase perkembangan lanjut usia dalam kehidupan, mereka yang disebut lansia umumnya memasuki usia 60 tahun keatas. Untuk itu Komunitas Lansia Adiyuswo Simeon Hana Dekenat Tangerang I menyelenggarakan Rekoleksi berjudul “Sukacita dalam Pengharapan” pada Sabtu, 22 Maret 2025 bertempat di GKP Gereja Agustinus Karawaci Tangerang bersama narasumber Pastor Tarcisius Warhadi Hardjasemeru, OSC (pastor rekan Gereja Agustinus Paroki Karawaci Tangerang).

Acara ini diharapkan memberikan pencerahan dan memberi semangat para pengurus & anggota Komunitas Lansia Simeon Hana Dekenat Tangerang I yang hadir dari 6 Paroki yaitu Paroki Karawaci Gereja Agustinus, Paroki Curug Gereja St. Helena, Paroki Tangerang Gereja HSPMTB, Paroki Pinang Gereja St. Bernadet, Paroki Kutabumi Gereja Gregorius dan Paroki Citra Raya Gereja St. Odilia. Hadir pula perwakilan Pengurus Komunitas Lansia Simeon Hana Keuskupan Agung Jakarta.

Perubahan Fisik dan Psikologis

Kita perlu menyadari bahwa terjadi perubahan fisik pada lansia yaitu tenaga berkurang, energi menurun, kulit keriput, gigi mulai rontok, tulang–tulang makin rapuh, gangguan pernafasan, pendengaran, penglihatan, indra pengecap, saraf, jantung  dsb Perubahan psikologis yaitu ketergantungan kepada orang lain, menarik diri dari masyarakat dan meningkatnya emosi dan sensitifitas sampai munculnya depresi.  Gejala depresi pada umumnya yaitu penurunan motivasi dalam hidup, perasaan sedih yang berkelanjutan, kecemasan yang berkepanjangan, dan sering sulit tidur, perubahan emosi tanpa sebab yang pasti.

Gejala Amnesia dan Dimesia, Insomnia, Alzeimer

Gangguan ingatan pada lansia yang diakibatkan oleh banyak faktor, diantaranya karena penurunan kinerja fungsi syaraf otak. Gejalanya adalah menurunnya daya ingat sementara atau permanen, sering mengalami kebingungan dan kesulitan mengenal lokasi. Gangguan dalam memori jangka pendek, pikiran, kemampuan dalam bicara dan gangguan kemampuan motorik sampai berubahnya kepribadian.

Perubahan suasana hati dan munculnya sikap apatis. Penurunan ingatan dan fungsi otak karena kematian sel otak yang disebabkan oleh kekurangan  oksigen, kekurangan vitamin, infeksi dan tumor.

Selain itu ada gejala insomnia adalah gangguan tidur dan alzeimer yaitu penurunan ingatan dan fungsi otak karena kematian sel otak yang disebabkan oleh kekurangan oksigen, kekurangan vitamin, infeksi  dan tumor.

Membangun sukacita dalam hidup

Untuk membantu mengatasi gejala-gejala tersebut di atas, berikut ini beberapa contoh kegiatan yang perlu dilakukan lansia adalah :

  • Rekreasi : mengisi waktu luang untuk bersosialisasi dengan sekitar yang dapat menghilangkan rasa bosan dan membangun suasana gembira dalam hati
  • Kegiatan keagamaan : di masa lansia orang sudah berfikir tentang akhir hidup menghadap Tuhan dengan cara yang baik, maka sering melakukan kegiatan keagamaan ibadah sebagai upaya meningkatkan ketenangan rohani dan jiwa untuk memperteguh iman dalam pengharapan pada Tuhan
  • Ikut kegiatan komunitas : seperti perkumpulan hobi, olahraga, keagamaan dan kegiatan sosial menjadi salahsatu terapi alami bagi para lansia dalam menjaga hubungan sosial dan komunikasi yang baik
  • Berkumpul bersama keluarga : keluarga adalah lingkungan terdekat lansia, maka idealnya tinggal bersama keluarga yang bisa menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi lansia.

Membangun Sikap Hidup yang Positif

 Membangun sikap optimis dan meyakini bahwa hidup di masa lansia masih berguna

  • Menerapkan pemikiran yang positif terhadap sesama dan alam lingkungan sekitar
  • Bersyukur bahwa hidup ini berkah penuh kebaikan
  • Menerima diri apa adanya
  • Membangun hidup harmonis dengan pasangan, keluarga dan lingkungan sekitar
  • Bersikap rendah hati, menghargai dan menerima orang lain apa adanya dan tetap mau belajar dari orang lain
  • Menghadapi peristiwa hidup yang tidak sesuai kehendak dengan sabar menerima apa adanya dan berpikir positif

Sesi oleh  Pastor Tarcisius Warhadi Hardjasemeru, OSC  ditutup dengan kata bijak : Menerima dan meyakini bahwa “Tua adalah Anugerah Allah, yang pantas disyukuri dengan penuh Sukacita”.

Untuk sesi berikutnya disampaikan sharing kegiatan dari masing-masing paroki di Dekenat Tangerang I sebagai Aksi Nyata dalam Ardas KAJ & Yubiluem 2025 yaitu Kepedulian kepada yang Membutuhkan, Lemah dan Miskin.

Rekoleksi ini berlangsung meriah dan penuh sukacita dan diharapkan kita lebih peduli dan mengajak para lansia untuk aktif berkegiatan dalam komunitas dan membantu mereka yang membutuhkan perhatian. “Tetap semangat dan jangan lupa bahagia & sukacita” ujar Ibu Irmina Wiwiek Koodinator Komlan Dekenat Tangerang I

 

Penulis

Theresia Atiek

Humas

Renungan Minggu Prapaskah III Tahun C, 23 Maret 2025

Bacaan Pertama, Kel 3:1-8a.13-15
Di tanah Midian, Musa biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali peristiwa, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. Lalu Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api.

Musa berkata: ”Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?” Ketika dilihat Tuhan , bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: ”Musa, Musa!” dan ia menjawab: ”Ya, Allah.” Lalu Ia berfirman: ”Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.” Lagi Ia berfirman: ”Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.

Lalu Tuhan berfirman: ”Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.

Lalu Musa berkata kepada Allah: ”Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? – apakah yang harus kujawab kepada mereka?”

Firman Allah kepada Musa: ”AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: ”Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.” Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: ”Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: Tuhan , Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun. ‘


Bacaan Kedua, 1Kor 10:1-6.10-12
Saudara-saudara, aku mau supaya kamu mengetahui bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus. Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun.

Semuanya itu telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut. Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba. Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh! ‘


Bacaan Injil, Luk 13:1-9
Sekali peristiwa datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan.

Maka berkatalah Yesus kepada mereka: ”Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.”

Kemudian Yesus mengatakan perumpamaan ini: ”Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah!” 

Renungan Singkat

Apa artinya bertobat? Merubah hidup? Memperbaiki hidup? Apapun definisinya, bagaimana pun bentuknya, hanya ada satu tanda yang bisa menjamin apakah hidup seseorang dirubah oleh pertobatan atau tidak. Yakni, hidupnya berbuah. Tentu berbuah yang baik, yang dapat dinikmati banyak orang. 

Musa sebetulnya sudah nyaman dalam hidupnya. Semuanya baik. Tapi Allah memanggil Musa untuk hidup lebih dari sekedar itu. Untuk berbuah. Ia diutus kepada bangsa Israel yang sedang mengalami perbudakan di Mesir. Untuk itu Musa harus meninggalkan segala-Nya dan taat kepada Allah yang memanggilnya. Kehadiran Musa ke tengah-tengah bangsa Israel menjadi tanda bahwa Allah tidak mengingkari janji terhadap bangsa itu. 

Yesus juga mengajar murid-murid-Nya dengan perumpamaan pohon ara. Pohon ara yang sudah dirawat baik-baik tapi tidak berbuah. Untuk apa pohon itu hidup? Untuk apa kita hidup kalau tidak berbuah? Malah jadi hama, perusak, penghancur segala? Bukankah seharusnya dibasmi saja? Tapi setiap detik, setiap menit, jam, hari dan tahun terus disediakan oleh Tuhan agar kita ‘dicangkul’ dalam setiap proses kehidupan. Entah sulit, mudah ataupun yang menantang. Tapi yakinlah, kalau kita setia dan tekun pada proses, kita akan berbuah pada waktunya. 

RA

 

 

REKOLEKSI PRAPASKAH dipimpin KARDINAL IGNATIUS SUHARYO: “PENGALAMAN AKAN ALLAH”

Rekoleksi Prapaskah, Kardinal Ignatius Suharyo, Pengalaman Akan Allah, Renungan Rm. Setyo Wibowo SJ, Grha Pemuda Jakarta, Rekoleksi KAJ 2025, Pendaftaran Rekoleksi KAJ, Rekoleksi Prapaskah 2025, Rekoleksi Katolik, Rekoleksi Prapaskah, Rekoleksi Umum 2025, Rekoleksi di Grha Pemuda, Keuskupan Agung Jakarta, Rekoleksi Bersama Kardinal, Rekoleksi KAJ, Rekoleksi

REKOLEKSI PRAPASKAH dipimpin KARDINAL IGNATIUS SUHARYO
Tema:
PENGALAMAN AKAN ALLAH

Renungan awal oleh :
*🎤 Rm. DR. Setyo Wibowo, SJ

⛪ Tempat : GRHA PEMUDA, Lantai 4, Jl. Katedral, Jakarta Pusat
🗓 Hari/Tanggal : Sabtu / 12 April 2025
⏰ Waktu : Pk 09.00 – Pk 12.00

Biaya pendaftaran (sebagai pengganti konsumsi) ditransfer ke:
BCA 5440343343 atas nama Keuskupan Agung Jakarta
Rp. 50.001/ orang (mohon ditambah angka 1)

**Harap menuliskan nama peserta di kolom berita transfer

Link Pendaftaran :
https://rppu.kaj.or.id

Dibuka untuk UMUM
(kuota terbatas)
Pendaftaran akan ditutup tanggal 8 APRIL 2025 atau jika kuota sudah PENUH terlebih dahulu

Informasi (WA ONLY):
wa.me/+6287877890393 (Jeanette)
wa.me/+6281380295678
(Viorent)

 

Renungan Minggu Prapaskah II Tahun C, 16 Maret 2025

Bacaan Pertama, Kej 15:5-12.17-18

Sekali peristiwa,  Tuhan membawa Abram ke luar serta berfirman: ”Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: ”Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” [6] Lalu percayalah Abram kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. [7] Lagi firman Tuhan kepadanya: ”Akulah Tuhan, yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu.”

[8] Kata Abram: ”Ya Tuhan Allah, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya?”

[9] Firman Tuhan kepadanya: ”Ambillah bagi-Ku seekor lembu betina berumur tiga tahun, seekor kambing betina berumur tiga tahun, seekor domba jantan berumur tiga tahun, seekor burung tekukur dan seekor anak burung merpati.” [10] Diambilnyalah semuanya itu bagi Tuhan, dipotong dua, lalu diletakkannya bagian-bagian itu yang satu di samping yang lain, tetapi burung-burung itu tidak dipotong dua. [11] Ketika burung-burung buas hinggap pada daging binatang-binatang itu, maka Abram mengusirnya. [12] Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan.
[17] Ketika matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap, maka kelihatanlah perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara potongan-potongan daging itu. [18] Pada hari itulah Tuhan mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: ”Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat.

Bacaan Kedua, Flp 3:17-4:1

[17] Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu. [18] Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. [19] Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.

[20] Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, [21] yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya. 

Bacaan Injil, Luk 9:28b-36

Sekali peristiwa Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa. Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. [30] Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia. [31] Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem.

[32] Sementara itu Petrus dan teman-temannya telah tertidur dan ketika mereka terbangun mereka melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya: dan kedua orang yang berdiri di dekat-Nya itu. [

33] Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: ”Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu. [34] Sementara ia berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka. [35] Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: ”Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.” [36] Ketika suara itu terdengar, nampaklah Yesus tinggal seorang diri. Dan murid-murid itu merahasiakannya, dan pada masa itu mereka tidak menceriterakan kepada siapa pun apa yang telah mereka lihat itu.

Renungan Singkat

Perjanjian terjadi antara Allah dengan Abraham. Allah menjanjikan banyaknya keturunan seperti bintang di langit. Allah sendiri yang akan membawa dan menyertai Abraham keluar dari ur-Kasdim. Kadang-kadang janji tinggal janji. Tapi janji butuh bukti, supaya janji tidak sekedar janji. Abraham pun “menantang” Allah – bagaimana itu bisa terjadi? Maka terjadilah persembahan daging yang dilahap api pada waktu malam. Janji Allah bukan omon-omon. Itu menjadi tanda bahwa Allah sungguh berkenan pada diri Abraham. 

Di atas gunung, dengan disaksikan oleh ketiga murid terdekat yaitu Petrus, Yohanes dan Yakobus, Yesus berubah rupa dalam kemuliaan-Nya. Di sana, – seperti Abraham – Allah menyatakan keberkenaannya kepada Yesus, Putra-Nya. “Inilah Anak-Ku yang kupilih, dengarkanlah Dia”. 

Disaksikan juga oleh Musa dan Elia, Yesus menjadi materai janji Allah kepada manusia. Dialah yang akan menjadi kurban baru, kurban yang disiapkan oleh Allah sendiri demi kepentingan keselamatan manusia. Pembicaraan mengenai kepergian-Nya ke Yerusalem adalah tentang penggenapan rencana keselamatan Allah itu. Sekali lagi janji Allah bukan omong kosong. Sungguh nyata terwujud dalam diri Yesus yang dimuliakan di atas gunung. 

Berkat Kristus, kita diselamatkan, dan diangkat pula menjadi warga kerajaan surga. Maka, berlakulah demikian – kata Paulus. Hiduplah sebagai warga kerajaan sorga. Bukan sebagai warga kerajaan dunia di mana allahnya adalah perut, kemuliaan adalah aib, dan hanya memikirkan perkara duniawi. 

— 

Jadi, kamu gimana?

RA

BEKAL PERJALANAN PULANG Seminar Lansia Simeon Hana Dekenat Jakarta Timur

Di dunia ini tidak ada yang pasti kecuali kematian. Apakan kematian itu menakutkan ? Sebagian orang menganggap kematian itu menakutkan karena tidak siap, tidak tahu bagaimana nanti setelah rohnya terpisah dengan tubuh dan kuatir dengan keluarga yang ditinggalkan. Tetapi ada juga yang merasa siap untuk pulang ke Rumah Bapa.

Untuk itulah Komunitas Lansia Simeon Hana Dekenat Jakarta Timur menyelenggarakan seminar pembekalan bagi para lansia/warga senior agar menghadapi kematian dengan penuh pengharapan, sukacita, dan siap secara batin.  Seminar berjudul BEKAL PERJALANAN PULANG diselenggarakan pada hari Sabtu, 8 Maret 2025 pukul 09.00-14.00 bertempat di ruang Maria Yosep GKP Paroki Rawamangun Gereja Keluarga Kudus Jl. Balai Pustaka Baru Jakarta Timur.

Seminar ini cukup menarik dan diminati dengan kehadirian 100 orang dari 10 paroki di Keuskupan Agung Jakarta ini menampilkan narasumber dalam 3 topik

  1. Topik 1 : Pulang Kepada Bapa dengan sukacita, penuh pengharapan dan bahagia oleh Rm BS. Mardiatmadja, SJ (dosen teologi STF Driyarkara). Menjelaskan makna kematian dalam ajaran Gereja Katolik, kremasi, api penyucian, bekal rohani atau sakramen yang cukup. Tidak takut menjadi tua dan meninggalkan dunia menuju Rumah Bapa.
  2. Topik 2 : Mengantar Pulang Dengan Tenang oleh Ibu Bernadette Ania Desliana (Direktur Utama Rumah Duka Oasis Lestari). Topik ini menekankan kesiapan secara duniawi dan prosedur mengurus dokumen legal untuk kematian. Dijelasakan pula informasi mengenai jasa rumah duka dan fasilitasnya, pemulasaran jenazah dll
  3. Topik 3 : Yang Tercecer dari Bekal Pulang : pengalaman dari kita untuk kita oleh Ibu Nani Sukasediati (pengurus Simeon Hana KAJ) menampilkan sharing pengalaman dari beberapa teman Komunitas Lansia dalam pelayanan membantu orang sakit, menanggani pemakaman korban covid dan kegiatan lingkungan hidup. Pengalaman luar biasa dan menginspirasi dari lansia untuk lansia.

Diharapkan seminar ini memberi pencerahan menghadapi hari akhir. Penuh semangat dan optimis dengan mengisi kegiatan yang bermanfaat dan membantu sesuai kapasitas. Persiapan batin lebih khusus berdoa, persiapan materi dan peduli pada orang sakit, kesepian dan berkekurangan

Hari Komunikasi Sedunia ke-59: Paus Fransiskus Ajak Sebarkan Harapan Lewat Kata-Kata!

Hari Komunikasi Sosial, Paus Fransiskus, komunikasi lembut, komunikasi harapan, pesan Paus, komunikasi positif, komunikasi damai, media Katolik, harapan dunia, komunikasi modern, budaya kepedulian, Yubelium 2025, polarisasi informasi, perpecahan sosial, pesan positif, Hari Komunikasi Sosial ke-59

Kalau ngomongin komunikasi di zaman sekarang, rasanya nggak bakal jauh-jauh dari yang namanya disinformasi dan polarisasi. Nah, tepat di peringatan Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-59, Paus Fransiskus angkat bicara soal masalah ini. Dengan penuh makna, beliau mengajak semua orang untuk mengubah cara berkomunikasi yang selama ini penuh agresi jadi sesuatu yang lebih adem dan bikin damai.

Tema yang diangkat tahun ini adalah “Berbagilah dengan lemah lembut harapan yang ada di hatimu,” yang diambil dari Surat Pertama Santo Petrus. Dari tema ini aja udah kelihatan banget kalau Paus pengen ngajak orang-orang buat ngejalanin komunikasi yang lebih lembut dan membawa harapan, bukan malah bikin ketakutan atau kebencian.

Dalam pesan yang disampaikan Paus dan dikutip sama Komsos Bunda Teresa Dari Calcutta dari Vatican News pada Jumat (24/01/2025), beliau bilang kalau komunikasi zaman sekarang sering banget bukannya membawa harapan tapi malah bikin orang takut dan putus asa. Ya, kadang kata-kata yang dilontarkan orang tuh malah jadi senjata yang bikin perpecahan.

Menurut Paus, salah satu masalah utamanya adalah pola pikir yang bikin realitas jadi sederhana banget dan mendorong permusuhan. Nah, yang kayak gini nih yang harus dihindari. “Semua konflik dimulai ketika wajah-wajah individu mencair dan menghilang. Kita nggak boleh nyerah sama pola pikir kayak gitu,” ucap Paus Fransiskus.

Jadi, beliau ngajak para komunikator buat lebih mengutamakan kebenaran dan kedekatan manusiawi. Artinya, bukan cuma soal ngomong yang benar, tapi juga ngomong dengan hati yang tulus dan niat baik.

Paus Fransiskus juga nyorotin tren komunikasi modern yang sayangnya lebih banyak soal persaingan dan keinginan buat jadi yang paling dominan. Ya, semacam bikin musuh supaya kita kelihatan hebat. Tapi, menurut Paus, yang kayak gitu justru bikin hubungan sosial rusak dan bikin kita makin susah buat saling paham dan punya empati satu sama lain.

Terus, gimana dong solusinya? Paus bilang harapan adalah kuncinya. Dengan harapan, komunikasi yang penuh agresi bisa disembuhkan. Beliau juga ngutip kata-kata Georges Bernanos yang bilang kalau, “Harapan adalah kebajikan tersembunyi, ulet, dan sabar.” Jadi, punya harapan tuh butuh usaha dan keberanian, tapi hasilnya pasti bikin hidup jadi lebih baik.

Paus Fransiskus juga ngajak para komunikator Kristiani buat menyampaikan pesan dengan kelembutan dan rasa hormat. Ini penting banget buat membangun keterbukaan dan persahabatan. Paus bahkan nyaranin kita buat bikin budaya kepedulian lewat “kisah-kisah yang sarat harapan” yang bisa menginspirasi solidaritas dan kepercayaan di antara kita.

Di akhir pesannya, Paus Fransiskus nggak lupa buat ngingetin semua orang supaya tetap menyebarkan harapan, meskipun keadaan lagi sulit. Menurut beliau, perayaan Yubelium adalah waktu yang tepat buat membangun komunikasi yang lebih reflektif dan penuh perhatian. Terus, beliau juga ngajak semua orang buat nyari dan menyebarkan kebaikan di tengah dunia yang sering kali lebih banyak berita negatifnya daripada positifnya.

Beliau juga bilang kalau kita bisa nyari “benih-benih harapan” dan membagikannya. Dengan begitu, dunia ini nggak akan jadi terlalu tuli sama suara orang-orang miskin, nggak akan acuh tak acuh, dan nggak menutup diri dari lingkungannya.

“Jadilah saksi dan pendukung komunikasi non-agresif; bantu menyebarkan budaya kepedulian, bangun jembatan, dan hancurkan hambatan yang ada, baik yang kelihatan maupun yang nggak kelihatan,” begitu pesan Paus buat para profesional media Katolik.

Paus Fransiskus juga bilang kalau komunikasi yang kayak gini tuh bisa bikin kita lebih dekat, nggak ngerasa sendirian, dan sadar lagi betapa pentingnya berjalan bersama-sama. Ya, pada intinya, komunikasi yang baik itu harusnya bikin kita makin terhubung, bukan makin terpecah belah.

Download Pesan Paus Fransiskus Pada

Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-59, 2025

RENUNGAN MINGGU PRAPASKAH I TAHUN C, 9 Maret 2025

Bacaan Pertama, Ul 26:4-10
Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan, katanya,

“Imam harus menerima bakul itu dari tanganmu dan meletakkannya di depan mezbah Tuhan, Allahmu. Kemudian engkau harus menyatakan di hadapan Tuhan, Allahmu, begini:

Bapaku dahulu seorang Aram, seorang pengembara. Ia pergi ke Mesir dengan sedikit orang saja dan tinggal di sana sebagai orang asing, tetapi di sana ia menjadi suatu bangsa yang besar, kuat dan banyak jumlahnya. Ketika orang Mesir menganiaya dan menindas kami dan menyuruh kami melakukan pekerjaan yang berat, maka kami berseru kepada Tuhan, Allah nenek moyang kami, lalu Tuhan mendengar suara kami dan melihat kesengsaraan dan kesukaran kami dan penindasan terhadap kami. Lalu Tuhan membawa kami keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung, dengan kedahsyatan yang besar dan dengan tanda-tanda serta mujizat-mujizat. Ia membawa kami ke tempat ini, dan memberikan kepada kami negeri ini, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Oleh sebab itu, di sini aku membawa hasil pertama dari bumi yang telah Kauberikan kepadaku, ya Tuhan. 

Bacaan Kedua, Rom 10:8-13
Saudara-saudara, Inilah yang dkatakan Kitab Suci: ”Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.”

Itulah firman iman yang kami beritakan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.

Karena Kitab Suci berkata: ”Barangsiapa yang percaya kepada Dia tidak akan dipermalukan.” Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, dan Dia kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. 


Bacaan Injil, Luk 4:1-13
Sekali peristiwa, Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar.

Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: ”Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti.” Jawab Yesus kepadanya: ”Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja.”

Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia. Kata Iblis kepada-Nya: ”Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: ”Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”

Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: ”Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” Yesus menjawabnya, kata-Nya: ”Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”

Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik. 

Renungan Singkat

Sebutkan godaan zaman skarang yang sulit anda taklukan! 

Saya rasa pertanyaan ini bisa menghasilkan jawaban yang beragam. Tapi kalau saya ditanya begitu, ada jawaban yang cocok. Bukan hanya buat saya, tapi mungkin kita juga. 

Godaan itu adalah, godaan untuk sukses, berhasil secara cepat dan instan. Tidak sabar. Tidak mau ikuti proses. Tidak mau bersulit-sulit dan berjuang langkah demi langkah. Kalau bisa langsung sampai garis finish, cepat sampai dan selesai. Mungkin itu godaan dunia yang tak pernah habis, dan kalau tidak disadari dengan baik bisa membawa kita ke buah-buah dosa yang lebih gawat. 

Orang ingin cepat-cepat kaya, cepat-cepat punya banyak uang, dengan usaha dan tenaga seminimal mungkin. Kalau bisa sambil tiduran. Orang lalu jatuh dalam jerat pinjol, jerat korupsi dan keserakahan. Orang ingin cepat-cepat lulus sekolah/kuliah, tanpa berproses, dengan usaha minim, kalau bisa sambil bersenang-senang. Orang lalu jatuh dalam mencontek, plagiat, mengambil hak cipta orang lain. 

Untuk sampai ke satu tempat, orang tergoda untuk membeli dan memakai kendaraan pribadi. Supaya cepat, katanya. Daripada harus berjalan, pakai kendaraan umum, gonta-ganti moda, kepanasan lalu sampai. 

Sabda Tuhan pada minggu prapaskah I ini memuat pesan utama tadi. Ada alasan mengapa dalam bacaan pertama Musa meminta umat Israel memanjatkan doa syukur saat mereka mempersembahkan kurban kepada Imam. Isi doa syukur adalah mengenang kembali bagaimana Allah menyelenggarakan keselamatan bagi seluruh bangsa Israel sampai akhirnya mereka bisa tinggal di tanah berlimpah susu dan madu. Umat Israel diajak untuk menyadari bahwa kondisi sejahtera yang mereka peroleh sekarang ini tidak dianugerahkan secara instan begitu saja. Ada proses yang perlu dilalui. Dalam proses perjalanan itu Allah hadir terlibat dan bertindak dalam perjalanan bangsa mereka. 

Puasa dan Pantang Prapaskah adalah sebuah proses yang kita jalani selama 40 hari. Kita mungkin tergoda, ngapain sih pakai ada prapaskah? Kenapa tidak langsung kita rayakan aja paskah. Nah, mau cepat sampai atau mau menikmati proses perjuangannya?

Skali lagi, godaan yang sama muncul juga saat Yesus berpuasa di padang gurun. Ketika sedang lapar, ubah batu jadi roti. Butuh pengakuan dan pujian, sembah iblis. Membuktikan perlindungan Allah, ya terjun dari bait Allah. Iblis menggoda Yesus dengan cara instan dan cepat semua, agar Yesus teralihkan dari tujuan-Nya semula datang digerakkan Roh Kudus ke padang gurun. 

Selain itu, iblis menggoda Yesus agar Ia menyalahgunakan kekuatan dan kemuliaan untuk kepentingan-Nya sendiri. Padahal, sejak semula semuanya dimaksudkan untuk menjadi berkat dan sarana keselamatan umat Manusia. Sekali lagi, Iblis akan menunggu waktu yang baik untuk melancarkan godaannya, mengacaukan arah tujuan hidup kita dan membuatnya seolah-olah benar. 

Jadi, kamu gimana?

RA

 

FORUM BONUM COMMUNE Serial 2: EKOLOGI DAN PERWUJUDAN SDG’S INDONESIA

Ekologi bukan sekadar isu lingkungan, tetapi juga panggilan untuk merawat sesama manusia dan bumi yang kita tinggali. Dalam perjalanan mencapai SDG’s Indonesia, bagaimana kita bisa menyeimbangkan pembangunan dan keberlanjutan?

Mari berdiskusi bersama para ahli di Bonum Commune Forum – Serial 2: “Ekologi dan Perwujudan SDG’s Indonesia” dan temukan inspirasi untuk berkontribusi dalam merawat kehidupan!

📅 8 Maret 2025

📍 Grha Pemuda lt. 4, Katedral Jakarta

🕰️ 09.00-11.45

Saatnya bertindak, saatnya menjaga bumi untuk generasi mendatang! 🌱✨

Pendaftaran bisa melalui link di bio. Tempat terbatas!

#BonumCommuneForum #SDGsIndonesia #Ekologi #MerawatBumi #Sustainability

 

Terbaru

Populer